Restrukturisasi PT Pos Indonesia

Maman Suherman

Kepala Divisi Regional VI Jateng & DIY, PT Pos Indonesia

Restrukturisasi PT Pos Indonesia

 

Dalam menghadapi globalisasi dan persaingan yang sangat ketat, PT Pos Indonesia telah melakukan restrukturisasi  dan pembenahan, untuk suatu perubahan fundamental terkait kebutuhan bisnis dan demi pelayanan prima kepada masyarakat. Muncullah transformasi untuk melihat apa-apa yang dibutuhkan masyarakat.

Maman Suherman

Maman Suherman

Ada 3 pilar penyangga bisnis Kantor Pos. Pertama, mail atau surat. Mail dibagi lagi menjadi Pos Ekspres, kilat khusus, kilat standard. Dengan  pemanfaatan tehnologi yang disebut Ipos (Integreted Postel Operation System) atau system jejak lacak, maka masyarakat bisa melacak melalui email posindonesiaquality kiriman-kiriman terbukukan seperti kilat khusus, pos expres, expres mail service (ems) untuk kiriman ke luar negeri. Dengan pemanfaatan teknologi ini semakin memudahkan masyarakat untuk mengetahui sampai atau tidaknya kiriman mereka, dengan tidak perlu lagi datang ke kantor pos. Cukup mengakses lewat internet.

Kedua, logistic atau pengiriman barang sekarang terus dikembangkan berbagis teknologi SJM (subject just management) yang diharapkan menjadi bisnis unggulan dimasa mendatang. Mengapa? Sebab tekhnologi bisa saja berubah dengan cepat. Tapi perpindahan barang dari satu tempat ke tempat tidak mungkin bisa semata-mata mengandalkan tehknologi. Tekhnologi hanya sekedar memudahkan layanan agar lebih simple. Tapi secara prinsip, fisik barang harus diangkut pakai jasa transportasi.

Dalam rangka meremajakan armada, PT Pos selalu melihat kearah efektifitas dan efisiensi. Kalau memang lebih efisien investasi, kita akan berinvestasi. Tapi kalau dianggap lebih efisien dan lebih efektif beraliansi dengan perusahaan lain. Sehingga sarana transportasinya tidak harus dimiliki PT Pos Indonesia. Yang penting PT Pos yang menentukan spect-yang kita butuhkan. Tentu bukan berarti perusahaan yang menjadi mitra bisa bekerja sendiri. Kendali tetap berada di tangan PT Pos. Mereka berkerja sesuai pesanan atau time schedule yang sudah kita miliki.

Ketiga, Pos Pay atau jasa layanan keuangan. Sekarang ada sekitar 50 mitra secara nasional. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) saja Jateng ada 9 dan 2 di DIY yang sudah menjadi mitra. Sebelumnya sudah ada kerjasama dengan PT PLN, PT Telkom, Bank BTN, Dijten Pajak, Bank Muamalat, KSP Nasari, FIF, Adira, BAF, dll.

Ini semua dilakukan untuk mendekatkan layanan kepada masyarakat dengan one stop service. Sehingga masyarakat datang ke Kantor Pos tidak sekedar mau mengirim surat atau paket, tetapi bisa membayar berbagai tagihan sekaligus.

Perubahan significant juga terjadi dalam layanan wessel. Meski bank umum berkembang dengan cepat, PT Pos Indonesia tidak kwatir kehilangan pelanggan. Karena jumlah pemilik rekening bank di masyarakat masih kecil. Masyarakat masih banyak yang lebih suka melakukan transaksi secara cash. Sehingga PT Pos mengembangkan wessel pos instant, misalnya saat ini Anda mengirim wessel di kantor Semarang ini ke Merauke, setelah mendapat nomor nomor NTP dan PIN sebagaimana tercantum dalam Resi, kemudian diinformasikan ke alamat tujuan Merauke, Banda Aceh atau Kalimantan, maka uang bisa dicairkan saat itu juga. Karena Kantor Pos sudah 99% online. Inilah perkembangan cash to cash yang kita lakukan dalam rangka memenuhi kemudahan bagi masyarakat dengan menggunakan tekhnologi terbaru.

Restrukturisasi PT Pos Indonesia

Restrukturisasi PT Pos Indonesia

Kemudian dari aspek operasi, kami juga terus melakukan upaya pembenahan. Sehingga diharapkan waktu tempuh pengiriman, khususnya ditengah kepadatan lalu lintas maka untuk kota-kota tertentu di Pulau Jawa, tidak perlu lagi menggunakan kendaraan besar untuk menghindari terjebak kemacetan. Tetapi pengiriman ke luar pulau tadi semua kita gunakan lewat udara, kerjasama dengan perusahaan penerbangan.

Tentang pertumbuhan?

Transaksi khususnya SOPP, di tahun 2010 dibanding tahun 2009, kita tumbuh 37%. Sebetulnya masih sangat banyak potensi yang belum tergali oleh kita. Seperti PLN saja kan masih hanya sekian % yang lewat kita, PDAM di tahun 2011 ini akan lebih memperkecil outlet mereka sendiri karena sebetulnya dengan adanya kerjasama antara PDAM dengan Pos Indonesia, dari sisi perusahaan mitra, mereka dapat melakukan suatu penghematan. Mereka tidak perlu lagi menugaskan bagian terkait untuk misalnya khusus untuk melayani pembayaran. Mereka tinggal menyediakan perangkat IT-nya, tehnology online sudah ada di Pos Indonesia. Artinya dengan kerjasama dengan Pos, mereka bisa lebih efisien.

Nominal angka?

Jateng DIY tahun 2009, 13.351.000 transaksi. Tahun 2010 menjadi 18.297.000 lebih transaksi. Jadi pertumbuhan transaksi 37%. Sementara tahun 2011 belum up date data, tapi kami berharap setidaknya bisa mengalami pertumbuhan yang sama dengan tahun lalu karena pangsa pasar atau mitra kerja semakin banyak.

Target tahun 2011?

Diharapkan bisa lebih dari 20 juta transaksi, se Jateng-DIY. Itu telah diupayakan oleh rekan-rekan jajaran terkait, otomatis dengan kantor posnya,  kami sedang melakukan upaya-upaya optimalisasi, tadi kan dari 50 atau 45 mitra, itu kan semuanya yang membayar lewat loket Pos masih sangat kecil. Ini yang terus kita gencarkan promosinya, karena ternyata masih banyak masyarakat belum tahu tentang itu. Jadi begitu tahu, mereka biasanya langsung fanatik membayar di kantor Pos, tidak perlu jauh-jauh ke loket PLN, FIF atau PDAM, misalnya. Kantor pos mudah di jangkau, karena kita relative lebih banyak memiliki outlet.

Pos pay itu, pertama wessel, untuk pengiriman uang. Dalam pengiriman uang kita juga melayani Estern Union, pengiriman uang dari luar negeri, misalnya TKW mau kirim uang kepada orangtuanya, kedua giro pos, yakni pertukaran antar rekening seperti transfer bank dan banyak dipergunakan instansi pemerintah pada umumnya. Di luar itu ada namanya keagenan lain, yang disebut Pos Pay. Berikutnya adalah pajak. Sekedar gambaran, sekitar 40% bahkan ada yang sampai 60% masyarakat di satu daerah tertentu membayar pajak lewat kantor pos. Pos pay lebih besar dibanding yang lain, tapi saya tidak bawa data persis. Pos pay bisa sampai 18 juta transaksi wessel tidak sampai sebesar itu. Tapi wessel kan sekali transaksi uangnya besar, ya.

Saya melihat pertumbuhan kantor pos di Semarang cepat sekali sampai ke perumahan. Apakah ini sudah menjadi trand setter di seluruh Jateng & DIY?

Kemudian SOPP. Tadi dikatakan, di Jateng & DIY baru 11 PDAM menjalin kerjasama. Padahal Jateng saja ada 35 Kab/kota. Apakah ada target, misalnya tahun 2011 harus 50% PDAM Kota bisa membayar ke Pos?

Memang pertumbuhan layanan outlet kita, itu sebenarnya sejalan dengan program kerja kita. Karena apa yang kita miliki masih sangat kurang dari apa yang dibutuhkan masyarakat. Yang kita harapkan, begitu keluar dari rumah, atau dengan langkah yang tidak begitu jauh, masyarakat sudah bisa melakukan pembayaran kewajibannya. Sehingga program ke depan ini, bagi masyarakat yang berminat, kita membuka suatu keagenan yang berbasiskan layanan kami baik mail mapun pos pay, untuk bisa memberikan layanan-layanan PT Pos Indonesia. Tentu dengan rumusan-rumusan ketentuan atau jarak yang sudah kita tentukan. Itu juga bagian dari upaya kita meningkatkan layanakn kepada masyarakat. Jadi agen kita juga nanti akan online. Dan ini terus kita kembangkan dan ini merupakan program nasional.

Mengenai upaya meningkatkan hubungan kerjasama dengan mitra, PDAM, misalnya, kami sudah melakukan upaya pendekatan. Tapi kembali kepada kesiapan calon-calon mitra kami. Sebagai informasi, pada akhri tahun lalu kami bersama PERPAMSI (Persatuan PDAM seluruh Indonesia) wilayah Jawa Tengah, dan kita sudah mengkomunikasikan itu. Ketika acara itu dilakukan di Manado. Kebtulan Pak Suryadi dan Pak Adam yang berangkat ke Manado untuk menyampaikan kesiapan PT Pos Indonesia bekerjasama dalam rangka mempermudah dan lebih mengefisienkan fungsi-fungsi PDAM ini agar bisa member kontribusi PAD yang lebih besar kepada Pemda-nya. Beberapa PDAM sudah merespon, namun yang belum bersedia umumnya karena mereka belum memiliki system tekhnologi yang tun-in dengan tekhnologi miliknya PT Pos Indonesia. Sejauh mana prioritas kerja mereka, ini yang menjadi hambatan karena kami tidak bisa memaksakan.

Salah satu yang sudah merespon adalah PDAM Kabupaten Pekalongan. Dirut PDAM dan Bupatinya sangat visioner. Meski jumlah pelanggan tidak terlalu banyak, tetapi mereka bisa menangkap keunggulan layanan prima yang akan kita berikan demikian juga akuntabilitasnya terjamin, ternyata mereka sangat merespon dengan positip. Sehingga dalam waktu yang tidak terlalu lama, kami langsung turun mem-back up dan pertengahan Maret lalu sudah lounching.

Kita lihat juga ternyata dihadiri oleh PDAM Kab Brebes, Tegal, Kota Tegal, kemudian Pemalang, Kendal, artinya ini sebuah respon positif. Dengan melihat kemudahan-kemudahan ini mereka segera mau bergabung menjadi mitra. Demikian juga perusahaan lain yang dimungkinkan beraliansi dengan Pos Indonesia.

Contoh adalah Bank NSP. Nasabahnya ada 280.000 orang yang tersebar secara nasional. Bayangkan kalau dia harus membuka outlet di setiap kota. Padahal nasabahnya kan ada di setiap kota. Maka untuk bertransaksi, mereka cukup melakukannya di Kantor Pos, sehingga tidak harus berinvestasi di setiap kota. Dan itu instant, langsung masuk ke rekening bank NSP.

Dimana saja Pos sudah bermitra dengan PDAM?

Semua Kab/Kota kan punya PDAM dengan beragam tingkatan technology yang digunakan. Kita terus bergulir melakukan. Diawali dengan PDAM Kota Semarang, kemudian Jepara, Purbalingga, Purwokerto, Cilacap, Kebumen, Kendal, Kab Pekalongan. Kita berharap di semua Kab/Kota. Karena PDAM itu milik pemerintah daerah yang merupakan bagian dari public service dan sebagai BUMN kami juga public service.

Memang harus ada kesiapan untuk pos pay ini. Begitu masuk dalam program layanan pos pay, maka aksesnya bisa dari seluruh Indonesia. Sehingga tehnologinya harus disesuaikan dulu. Di tekhnologi inilah banyak PDAM mengaku belum siap dan kita siap membantu. Tapi ada juga yang kebijakannya belum karena Kepala Daerahnya mungkin belum mendorong kesitu. Kita beharap suatu saat semua PDAM bisa bekerjasama. Tapi harap dicatat, Jawa Tengah terbanyak di Indonesia. Kemudian di Jawa Timur, tapi masih hanya sekitar 4 PDAM, di Palembang ada 3 PDAM.

Tadi Pak Maman mengatakan sudah ada pertemuan dengan PERPAMSI. Saya melihat Gubernur Jateng Bp Bibit Waluyo sangat visioner untuk meningkatkan layanan kepada masyarakat. Sudah pernah ada upaya menyampaikan hal itu kepada Gubernur agar menghimbau Bupati/Walikota menggunakan Pos untuk layanan PDAM?

Saya kebetulan sering ketemu dengan beliau Bp Gubernur, terutama di lapangan golf. Tapi saya memang belum pernah terpikir meminta beliau sebagai corong untuk memikirkan bisnis Pos. Karena kan kita lihat dampak era otonomi ini kan sangat kental. Sehingga di bebeapa daerah Bupati/walikota merasa punya hak otonom yang tidak bisa diperintah oleh siapapun, merasa emang gue pikirin. Saya memang terpikir itu, tapi ada kekwatiran, sesuatu yang tidak strategis, walaupun isu ini sebenarnya kita bisa katakan sebagai layanan masyarakat. Karena bisa juga terjadi, satu kondisi Dirut PDAM-nya oke, tapi kalau bupatinya sebagai owner dalam posisi sebagai Kepala Daerah mengatakan, tidak dulu, itu kan repot. Kalau itu yang menghimbau Gubernur, emangnya kaitan apa gubernur menghimbau-himbau? kan menjadi pemikiran demikian. Tapi terimakasih atas masukan dan sarannya yang cukup strategis sebenarnya. Mungkin ke depan akan kami coba melakukan pendekatan-pendekatan. Karena sempai sekarang memang kami belum gunakan itu. Jangan sampai ada anggapan kog Gubernur menjadi corong PT Pos, ada apa? Meski kita sudah kemas sebagai bentuk layanan masyarakat.

Ada kemarin yang menarik. Sekarang dengan makin banyaknya layanan pos pay, anak atau menantu yang sudah merantau ke luar daerah bisa membantu orangtuanya secara rutin membayar biaya listrik, telepon, PDAM lewat Kantor Pos dimana dia tinggal. Kadang kan seorang anak agak sungkan mengirim uang hanya 100-200rb. Tapi dengan membayar biaya kebutuhan telpon, listrik dan air, orangtuanya sudah clear dari tagihan sehingga orangtua bisa lebih tenang menikmati hari tuanya. Ini sangat menarik, kalau ini bisa di-create dengan apik bisa menjadi sarana juga untuk meyakinkan berbagai pihak, termasuk Gubernur Jateng misalnya.

Adakah terpikir membuat perpustakaan mini di kantor pos besar, sebagai bentuk dari layanan?

Taman Bacaan di Divre VI ini belum. Tapi saat berdinas di Makassar, kami bekerjasama dengan Pemda setempat bekerja sama membuka outlet Perpustakaan di Kantor Pos Kecamatan atau Kabupaten sebagai bentuk disebut GMGM (gerakan masyarakat gemar membaca). Itu menandakan upaya Kantor Pos ikut berpartisipasi ikut mencerdaskan kehidupan bangsa.

Saya kurang melihat CSR Kantor Pos?

Terkait dengan CSR, tahun 2010 kami menyalurkan Jateng & DIY menyalurkan Rp 750 juta. jangan disamakan dengan Telkom, meski mereka saudara kita sesame BUMN, tapi kinerjanya berbeda dan dia sudah go public. Kemudian, kami juga mempunyai pengusaha kecil binaan seperti tukang jahit, tukang bingkai foto, pengrajin di Pekalongan juga banyak UKM yang kami bina sampai produknya bisa dieksport ke Malaysia. Sudah ratusan UKM yang kita bina. Tahun 2011 ini hampir sama. Memang dana pembinaan UKM ini adalah dana bergulir yang harus dihimpun kembali dengan bunga yang sangat rendah sekali, hanya 6% per tahun dan digulirkan kepada yang lain. Sementara CSR itu kan dana lepas, tidak mengharapkan kembali.

Kemudian CSR-nya sekarang bekerjasama dengan Unnes, tahun 2009 lalu kita juga memberi suatu empati kepada korban letusan merapi baik yang ada di DIY maupun di Jateng. Sekitar Rp 250 juta tetapi itu wujud dari kepedulian kita kepada masyarakat yang sedang mengalami kesulitan.

Skill SDM?

Layanan, pegawai sudah makin ramah dan senyum. Jauh meningkat. Setelah melakukan pelatihan secara terencana dalam meberikan pelayanan yang baik. Sekarang, kami sedang merancang, semua loket online. Sekarang kan masih ada loket khusus, misalnya penjualan prangko dan benda pos, loket kilat khusus, loket pembayaran pos pay, dll. Sehingga adakalanya, loket tertentu sepi di sisi lain, ada loket yang antri. Kalau nanti sudah online, sudah tidak ada lagi penumpukan disatu loket tertentu. Kira-kira seperti teknologi layanan bank. Tinggal ambil nomor antrian, dan akan ada panggilan otomatis tanpa membedakan jenis layanan. Apakah mau kirim wessel, membayar tagihan telepon atau mengirim Pos Expres, akan tersalurkan dengan cepat. Meski ada antrian, tapi dipastikan akan lebih terencana.

Kalau Jateng & DIY diposisi mana di tingkat nasional?

Divre VI itu kontribusi (pendapatan) kedua terbesar setelah DKI Jakarta.

Sejauhmana pengamanan paket di Pos sehingga tidak sampai mengirim paket bom?

Memang ada trauma di masyarakat menerima paket, setelah beberapa tokoh nasional menerima paket bom buku yang diantar oleh kurir, meski tidak menyebut kurir dari perusahaan apa. Dan ini langsung mendapat perhatian dari jajaran Direksi kantor pusat, dengan menginstruksikan seluruh jajaran agar meningkatkan kewaspadaan. Tentu Kantor Pos sudah punya mekanisme yang sudah baku tentang barang-barang apa yang tidak boleh dikirim lewat kantor pos harus memperlihatkan isi paket kepada petugas pos. tapi harus kami akui, adakalanya pelanggan itu sudah membungkus barangnya dengan rapi dari rumah. Sehingga kita tidak bisa memastikan isi bungkusan. Makanya ke depan, kalau misalnya petugas pos meminta bungkusan dibuka, mohon pengertiannya. Semua ini demi keamanan bersama. Bahkan di beberapa kantor pos tertentu sudah ada X-ray. Misalnya kantor pos Banda Aceh dan Medan sudah ada X-ray makanya kantor pos bisa membatalkan pengiriman ganja. Robinson Simarmata

 Kantor Besar Semarang Umumkan Pemenang Undian

Sebagai bentuk penghargaan kepada pelanggan khususnya System Online Pos Payment (SOPP), Kantor Besar Pemeriksa (KPRKA) Kota Semarang melakukan undian berhadiah dimana setiap transaksi otomatis menjadi peserta undian. Dihadapan notaris, petugas Dinas Sosial, aparat kepolisian serta tamu undangan dari berbagai kalangan, pengundian dilakukan secara transparan hari Kamis, 17 Maret 2011 silam. Adapun hadiah utamanya adalah sebuah sepeda motor Honda.

 

Sebagaimana diketahui, sekarang ini Kantor Pos telah menjalin kemitraan dengan sekitar 50 perusahaan jasa keuangan melalui SOPP yang sekarang lebih dikenal dengan istilah Pos Pay. Sebut saja Bank Tabungan Nagara (BTN), Bank Muamalat, PT PLN (Persero), PT Telkom (Persero), Pajak, KSP Nasari, PDAM, FIF, BAF, ADIRA, dll.

Sepanjang tahun 2010 lalu, pos pay di di kantor Pos Semarang mencapai 2.285.000 lebih transaksi. “Menurut data yang dikeluarkan kantor pusat PT Pos Indonesia, jumlah transaksi di Kantor Pos Semarang berada di urutan teratas se Indonesia. Padahal tahun 2007 akhir, Kantor Pos Semarang baru berada di urutan ke-21 nasional. Alhamdulillah, hanya dalam tempo 3 tahun, prestasinya naik demikian cepat,” kata mantan Kepala kantor Pos Besar Jambi yang dipercaya menjadi Kepala Kantor Pos Semarang, Maret 2008.

Kemajuan tersebut tentu tidak lepas dari upaya perbaikan layanan. Salah satu diantaranya adalah menambah titik layanan. Dulu di Kota Semarang hanya ada 4 Kantor Pos Cabang. Kemudian terus ditambah sehingga sekarang ada 6 Kantor Pos cabang, dan 10 Agen Pos hasil kerjasama dengan masyarakat yang fungsinya sama dengan Kantor Pos. Artinya, Agen Pos juga bisa melayani mail atau pengiriman surat, logistic atau pengiriman paket, dan pos pay atau pembayaran berbagai rekening,” kata ayah dari seorang putra.

Bahkan di tahun 2011 ini Suryadi berencana menambah 10 Kantor Pos di wilayahnya dan membuka 40 Agen Pos yang baru. “Sudah banyak anggota masyarakat yang mengajukan proposal kerjasama kepada kami. Hanya saja masih ada sedikit kendala, dimana system pos pay belum terintegrasi dengan system transaksi mail. Bila desain systemnya sudah selesai dari Kantor Pos Pusat, kami siap menambah layanan baru. Hal ini mengacu pada ketentuan internasional, dimana dalam radius 10 km2 harus ada layanan Kantor Pos. Tapi kami tidak hanya berpatokan pada cakupan radius wilayah, tetapi lebih memerhatikan kepadatan penduduk. Sekarang penduduk Kota Semarang semakin padat. Kami berpikir, bagaimana masyarakat dengan tidak terlalu jauh berjalan dari rumahnya sudah bisa menemukan loket Kantor Pos,” katanya.

GANDENG MEDIA

Suryadi mengakui, peran media sangat besar dalam mendongkrak layanan di Kantor Pos.  Sebab selama ini masih banyak masyarakat membayangkan Kantor Pos sekedar tempat mengirim surat dan mengirim wessel. Pengiriman wessel yang ada dibayangan mereka pun masih jadoel alias layanan jaman doeloe dimana setelah uang dikirim butuh beberapa hari baru bisa dicairkan penerima.

Padahal sekarang pengiriman wessel sudah bisa secepat sms. Begitu uang sudah dibukukan di Kantor Pos Semarang, misalnya, cukup mengirim nomor resi pengiriman lewat pesan singkat/sms ke penerima di kota Lain, maka uang bisa diambil saat itu juga.

Kemudahan pembayaran berbagai tagihan pun sama. Baik tagihan rekening telepon, listrik, PDAM, cicilan rumah dari BTN, cicilan kendaraan dari FIF, WOM, BAF, pajak, pembelian tiket KA bisnis dan eksekutif, dll semua bisa dilakukan di Kantor Pos. Setelah berbagai layanan itu dipublikasikan media, sekarang masyarakat Kota Semarang makin manded dengan Kantor Pos. Namun disadari prosentase masyarakat yang membayar kewajiban lewat jasa layanan Kantor Pos masih kecil. Masih sangat besar peluang meningkatan layanan. Itu sebabnya titik layanan akan ditingkatkan dalam jumlah signifikan di tahun 2011 ini.

“Kepada masyarakat yang memenangkan hadiah undian, kami ucapkan selamat. Kami berharap hubungan baik ini bisa tetap terjalin di masa mendatang. Bila Bapak/Ibu melihat dan merasakan adanya kekurangan pelayanan staf kami, tolong beritahu kami sehingga bisa kami bisa memperbaiki diri. Tapi bila Bapak/Ibu merasa puas dengan layanan kami, tolong beritahu kenalan dan saudara yang lain agar mereka juga bisa menikmati jasa layanan Kantor Pos. Insyaallah kami masih akan memberi berbagai hadiah yang lebih menarik pada masa mendatang,” kata Suryadi. Robinson Simarmata

Selamat dan Sukses atas pemenang undian SOPP Pos

Rayon Semarang (Semarang, Ungaran, Salatiga, Kendal)

Periode 01 Januari 2010 – 31 Desember 2010

Disponsori oleh :

KSP Nasari

Didukung oleh:

PLN, Bank BTN, Bank Muamalat, Telkom, FIF, WOM, ADIRA, BAF, Suzuki, Kanwil DJP I Jateng, PDAM Tirta Moedal Kota Semarang, PDAM Kendal, PJKA Daop IV Semarang, dll

Leave a Response

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Refresh Image

*

You may use these HTML tags and attributes: