STIKES Bethesda berdiri pada tahun 1988 bersamaan dengan didirikannya RS Bethesdha Yogyakarka. Berarti telah lebih dari seratus tahun perguruan tinggi ini berkiprah dalam dunia pendidikan. Tentu saja, kualitas lulusannya tak usah diragukan. “Lulusan kami dijamin 99 persen siap kerja,” kata Ketua STIKES Bethesda, Niken Werdatiningsih Ngesti Palupi.
Ketika semester lima atau awal semester enam saja banyak mahasiswa sudah direkrut oleh berbagai rumah sakit, baik di dalam yayasan maupun luar yayasan. STIKES Bethesda juga memiliki kerja sama dengan 12 rumah sakit dalam satu yayasan. Rumah sakit tersebut digunakan sebagai lahan praktek mahasiswa. Banyak juga rumah sakit di luar yayasan yang meminta Mahasiswa Bethesda agar melakukan praktik kuliah lapangan.
Untuk menjaga kualitas, STIKES Bethesda tidak asal–asalan ketika merekrut calon mahasiswa. Ada seleksi ketat dengan persyaratan-persyaratan tertentu. Meski demikian standarisasi calon perawat STIKES Bethesda sama seperti perguruan tinggi lainnya. Yaitu test kesehatan dan psikologi. “Terkait tes psikologi, kita bekerja sama dengan fakultas psikologi karena menjadi perawat itu harus mempunyai karakter yang baik dalam melayani seseorang dan tidak ada rasa keterpaksaan,” ujar Niken.
Lulusan STIKES Bethesda banyak direkrut oleh rumah sakit umum di Jawa Tengah dan Jawa Barat. Bahkan tahun ini Kartika Medical Center dan 15 instansi kesehatan lain telah memesan para lulusan STIKES Bethesda. Maka untuk menjaga reputasi dalam kualitas lulusan, evaluasi terus dilakukan. Civitas akademika kerap mengadakan survey dengan cara langsung bertemu user di rumah-rumah sakit pengguna lulusan. Keunggulan STIKES Bethesda sendiri terletak pada bedah penyakit dalam.
Selain memiliki pendidikan bermutu, kegiatan ekstrakurikuler juga menorehkan prestasi. Tim paduan suara STIKES Bethesda berhasil memperoleh juara pada saat ajang musyawarah provinsi PPNI tepatnya pada tanggal 9 april 2011.
Bagi mahasiswa berprestasi, STIKES Bethesda menyediakan penghargaan berupa beasiswa. Beasiswa berlaku bagi bagi mahasiswa yang bermotivasi tinggi dan dapat dipercaya. Sedangkan bagi mahasiswa yang kurang mampu ada keringanan biaya kuliah. Syaratnya ada keterangan tidak mampu yang dikeluarkan oleh dinas terkait.
Menurut Niken, kualitas pendidikan sebenarnya Indonesia tidak kalah dengan negara tetangga. Buktinya dalam olimpiade sains, para pelajar Indonesia sering menadapat medali. Hanya saja sistem pendidikan, terutama menyangkut kurikulum, ideologi, dan fasilitas, masih tertinggal. “Sistemnya yang harus di benahi. Kurikulum hanya dibebankan dan masih tergantung pada pemerintah. Seharusnya ada otonomi kurikulum agar lembaga pendidikan bisa mencari kurikulum yang sesuai dan terbaik,” imbuhnya.
Sebenarnya banyak perguruan tinggi yang terjangkau dan berkualitas. Namun paradigma ’state minded’ masih melekat dalam masyarakat kita. Mereka lebih bangga jika kuliah di perguruan tinggi negeri. Padahal suatu perguruan tinggi memiliki kelebihan, kekurangan serta warna yang berbeda. (juslich/ang)