Bantuan Vaksin Anthrax

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov Jateng  Ir. Whitono, MSi, mengungkapkan, pihaknya bersama pemerintah daerah terus berusaha melakunan penanggulangan peyakit anthrax. Mulai koordinasi dengan instansi terkait, investigasi ke lokasi wabah dan pengambilan sampel untuk memastikan diagnosis, pendistribusian desinfektan, obat hewan, dan vaksin anthrax, memperketat lalu lintas ternak maupun bahan asal hewan, pengawasan pemotongan hewan (TPH), hingga melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai kewaspadaan penyakit anthrax.

“Desinfektan yang telah didistribusikan sebanyak 3.200 liter dari jumlah 11.000 liter. Kami juga sudah mendistribusikan obat hewan sebanyak 2.700 dosis, serta vaksin anthrax sebanyak 14.600 dosis dari 49.800 dosis di wilayah endemis penyakit anthrax, yakni 6 kabupaten dan 2  kota di Jawa Tengah,” beber dia.

Diakui, pertengahan Mei lalu, sempat mencuat kasus kematian sapi yang terserang anthrax dan diduga menular kepada manusia di Kabupaten Sragen. Diawali dari laporan dari Puskesmas Kemiri tentang sejumlah orang terkena penyakit kulit yang diduga anthrax. Setelah dilakukan survallans dan investigasi, diketahui adanya sapi milik Siswanto terkena sakit panas dan mati dengan gejala klinis, keluar leleran/ngiler dan berbusa dari mulut, kembung, dan ambruk yang kemudian disembelih dan dibagikan kepada 44 kepala keluarga, dan dikonsumsi sekitar 131 orang. Dari kejadian itu, diduga 13 orang terkena anthrax kulit.

Mengingat anthrax merupakan penyakit menular penting, Whitono berharap masyarkat dapat mengenali gejalanya. Gejala akut yang disebabkan virus bacillius anthrax, antara lain, hewan mati mendadak karena pendarahan otak, hewan berputar-putar dengan gigi gemeretak dan mati mendadak setelah darah keluar dari lubang kumlah (telinga, hidung, anus, kelamin).

Agar tidak menular kepada manusia, bankgai hewan yang mati karena penyakit anthrax tidak boleh dikonsumsi dan harus segera dimusnahkan, dengan disiram minyak panas dan dibakar hangus, serta dikubur sedalam 2 – 3 meter. Sebelum bangkai ditutup dengan tanah, taburi bangkai yang sudah hangus dengan kapur untuk mencegah perluasan penyakit. Penyakit dianggap telah lenyap setelah melewati 14 hari sejak mati atau sembuhnya penderita terakhir. Rosi

 

 

Visit Jateng 2013

Pemerintah Jawa Tengah menetapkan tahun 2013 sebagai tahun kunjungan wisata atau “Visit Jawa Tengah 2013”. Penetapan tahun 2013 dengan pertimbangan, Jateng telah memiliki 4 destinasi utama yang sudah diakui secara nasional. Yakni, Borobudur – Yogyakarta, Semarang – Karimunjawa, Nusakambangan – Pangandaran, dan Solo – Sangiran. Jawa Tengah juga memiliki keragaman produk seni, objek wisata religi, pegunungan, pantai, budaya/heritage, kuliner, dan lain sebagainya.

Selain itu, pembangunan infrastruktur pendukung telah berkembang dengan baik, seperti pembangunan jalan tol Semarang – Solo, pembangunan appron (pelataran pesawat) dan terminal penumpang baru di Bandara Internasional Ahmad Yani. Dengan demikian mempermudah aksebilitas bagi masyarakat yang berkunjung ke tempat-tempat wisata di Jateng.

Pertimbangan lain, perekonomian masyarakat baik tingkat nasional maupun internasional diharapkan telah mapan, serta kondisi politik dan keamanan semakin stabil, sehingga meningkatkan minat masyarakat untuk melakukan wisata.

Sebagai persiapan, berbagai ketigatan dilakukan tahun ini yaitu sosialsisasi dan konsolidasi  program, revitalisasi dan pembangunan museum dan destinasi pariwisata, pengembangan pemasaran di dalam dan luar negeri, pengembangan kesenian daerah dan pengembangan sumber daya pariwisata.

“Untuk pengembangan destinasi dilakukan antara lain pada obyek wisata Pantai Widuri Kab Pemalang, Pantai Kartini dan Bandengan Kab Jepara, Bandungan dan Candi Gedong Songo Kab Semarang, kawasan Linggo Asri Kab Pekalongan, obyek perkebunan Tlogo di Kab Semarang, perkebunan Pagilaran di Kab Batang, dan perkebunan Kaligua di Kab Brebes,” kata Kepala Biro Humas Setda Prov Jateng, Agus Utomo, S.Sos. Rosi

 

Pengembangan Hutan di Jateng

Hutan memiliki peran penting dalam perekonomian, karena merupakan sumber bahan baku untuk indsturi berbahan kayu seperti industri mebel dan funrniture, kusen dan rangka bangunan, industri perkapalan, dan sebagainya. Hutan juga berperan besar dalam pengembangan ketersediaan bahan pangan, pengembangan tanaman penghasil energi alternatif, dan dalam pelestarian lingkungan terutama pelestarian sumber daya air, pengendalian banjir dan tanah longsor.

Saat ini luas hutan di Jateng mencapai 1.153.634 Ha atau 35,49% dari luas total Jateng, yang berarti melebihi luas hutan ideal yaitu 31% dari total daratan suatu daerah. Hutan di Jateng terdiri atas hutan negara seluas 647.133 Ha dan hutan rakyat seluas 506.501 Ha. Setiap tahun hutan negara rata-rata menghasilkan kayu sebanyak 300.000 m3, sedangkan hutan rkayat menghasilkan kayu sekitar 2,2 juta m3, sehingga total menghasilkan sekitar 2,5 juta m3 kayu per tahun.

“Namun hasil hutan tersebut belum cukup untuk memenuhi kebutuhan 533 unit usaha/industri perkayuan di Jateng yang stiap tahun memerlukan bahan baku kayu sebanyak 4,7 juta m3. Oleh karena itu Pemprov Jateng terus memacu pengembangan hutan di daerah ini, baik hutan negara maupun hutan rakyat dengan prinsip untuk mendukung pertumbuhan ekonomi (pro growth), menciptakan lapangan kerja (pro job), mengentaskan kemiskinan (pro poor) dan untuk kelestarian lingkungan (pro environment),” kata Agus Utomo, S.Sos, Kabiro Humas Setda Prov Jateng.

Berbagai kegiatan yang dilakukan untuk pengembangan hutan di Jateng antara lain penanaman pohon dalam program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GRNHL), Kecil Menanam Dewasa Memanen (KMDM), Sak Uwong Sak Uwit (One Man One Tree), dan program Penanaman Satu Milyar Pohon (One Billion Indonesian Trees). Juga melalui kegiatan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) yaitu pengelolaan hutan negara oleh Perum Perhutani bekerja sama dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan, pengembangan hutan sekolah, pengembangan hutan desa, dan pengembangan hutan kota dengan memanfaatkan halaman dan tanah kosong di sekitarnya.

Pengembangan hutan rakyat selain dilakukan pada lahan kurang produktif, lahan kritis dan lahan tegalan, juga dilakukan pada lahan subur. Hal itu dikarenakan permintaan kayu hasil hutan rakyat semakin tinggi sejalan dengan perkembangan usaha yang memanfaatkan kayu hasil hutan rakyat. Saat ini kayu hasil hutan rakyat telah digunakan untuk bahan baku berbagai industri pengolahan seperti plywood, wood working, mebel, dan lain sebagainya. Hasil industri dimaksud masih mempunyai pangsa pasar yang luas, karena selain pasar dalam negeri, permintaan pasar luar negeri juga tinggi dan belum semuanaya dapat terpenuhi. Oleh karena itu manfaat ekonomi dari hutan rakyat makin besar. Rosi

Posted by on Jun 3rd, 2011 and filed under Layanan Publik. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response by filling following comment form or trackback to this entry from your site

Leave a Reply

Refresh Image
*