Tentara Kodam VI / Mulawarman, Dicinta Rakyat dan Profesional

Ramah dan hangat, pria kelahiran Tulungagung Jawa Timur yang mengemban tugas sebagai Pangdam VI Mulawarman ini menemui Adi Kusnadi dari Majalah Lifestyle, berbincang tentang makna kemerdekaan, dan bagaimana cara memaknainya. Menurut Mayjen TNI Ir. Drs Subekti MSc, MPA, hikmah kemerdekaan harus tetap terpatri di hati bangsa Indonesia, yaitu tentang nilai-nilai perjuangan yang dilakukan oleh pejuang kemerdekaan.
“Karena mereka telah mau berkorban jiwa raganya, dengan iklas berjuang demi kemerdekaan. Dengan semangat baja memerdekakan Republik ini. Sehingga di usia kemerdekaan yang ke-67 ini, kita sebagai generasi penerus, harus melaksanakan warisan yang diberikan dengan mengisi kemerdekaan lewat kreatifitas untuk membangun negeri ini dengan baik.”
Apa yang menjadi cita-cita para pejuang pendahulu, juga para founding father bisa kita lanjut-wujudkan, sebagaimana dituangkan dalam pembukaan UUD 45 yang antara lain adalah melindungi, memajukan dan mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut menciptakan kedamaian dunia.
“Menurut saya, apa yang tertuang dalam pembukaan UUD 45 itu, belum sepenuhnya tercapai. Mari kita renungkan bersama, melanjutkan apa yang sudah diperjuangkan oleh pendahulu kita, bagaimana mengisi kemerdekaan dengan pembangunan nasional yang benar-benar menjawab persoalan bangsa ini. Mulai dari masyarakat yang paling bawah secara nasional, yang out-put nya adalah masyarakat adil, makmur sejahtera, aman, tata tentrem kertaraharja,” kata lulusan lulusan AKABRI tahun 1980 ini.
Impelentasinya di era sekarang, lanjut Pangdam VI Mulawarman nilai-nilai yang telah diberikan oleh pendahulu kita tidak perlu dirubah, hanya wujudnya yang berbeda, yaitu meningkatkan sumber daya manusia.
“Yang paling utama, aspek mental spiritual yang harus dirubah. Sebab kita melihat fenomena kasus-kasus yang ada, telah mengingkari makna perjuangan merebut kemerdekaan dan membangun bangsa. Kasus penyalahgunaan wewenang, korupsi dan degradasi nasionalisme, degradasi rela berkorban, sikap perilaku yang mudah marah dan tersulut konflik.” Pangdam menghimbau, kita harus segera kembali ke jatidiri sebagai bangsa Indonesia, yang memiliki integritas sebagai bangsa berkualitas, dan identitas serta karakter nasionalisme yang tinggi.
Implementasinya adalah pembangunan yang betul-betul bisa menjawab persoalan di seluruh wilayah NKRI menuju masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera yang disertai dengan terwujudnya pemerintahan yang bersih, transparan dan memiliki akuntabilitas.
“Disamping itu, adanya pemimpin yang kokoh, kuat yang bisa diteladani dan bertanggung jawab, karena mengemban amanah yang diberikan rakyat, sebab pada kenyataannya memang kedaulatan ada di tangan rakyat,” tutur Mayjen Subekti yang kini tengah menyelesaikan program doktor (S3) Administrasi Publik di Unhas Makasar, selepas S2 bidang yang sama di Unbraw Malang Jatim.
Urgensi pembangunan wilayah perbatasan
Mengenai wilayah tugasnya yang berbatasan langsung dengan perbatasan negara tetangga, dengan jarak area 1038 km, mantan Asisten Perencanaan dan Anggaran KASAD tahun 2011-2012 ini mengatakan, “wilayah tersebut harus diberdayakan dengan pembangunan-pembangunan implisit baik fisik maupun non fisik, karena menyangkut pertaruhan kekuatan suatu negara dan harga diri bangsa, serta kedaulatan wilayah NKRI. Sebab wilayah tersebut berada di garis depan wilayah perbatasan.”
Pada kenyataannya, pembangunan infrastruktur negara tetangga lebih maju, taraf hidupnya pun lebih memadai. Menurutnya, harusnya pemerintah pusat yang menangani. Sebab dengan terbentuknya Badan Nasional Pengelolaan Perbatasan (BNPP) yang sudah sejak dua tahun lalu berdiri, harus segera membuat suatu konsep strategis, yang komprehensif dan melibatkan kementerian-kementerian.
“Namun tidak harus pemerintah saja yang terlibat, tetapi juga peran swasta dan masyarakat untuk ikut menangani,” harap Pangdam yang memiliki prestasi sebagai yang terbaik ketika mengikuti pendidikan Sesko TNI dan lulusan terbaik saat mengikuti pendidikan Lemhanas di National War Collage di AS.
Infrastrukur seperti jalan, juga harus dibangun untuk menghubungkan kota-kota di wilayah perbatasan, sehingga keterisoliran menjadi terbuka. Ini juga akan membuka lebar pertumbuhan aspek ekonomi masyarakat, termasuk dengan segala kegiatannya yang lain.
Masih soal infrastruktur, suami Sri Haradani, SPd, seorang dosen dan ayah dari tiga orang putra (dua diantaranya putri), mengatakan, infrastruktur lain yang harus dibangun adalah jembatan udara. Karena dengan membuka jembatan udara, wilayah Provinsi Kalimantan Timur akan semakin mudah dijangkau.
“Kami bekerjasama dengan Provinsi Kaltim dalam hal ini Zeni Kodam VI/Mulawarman sebagai pelaksana operasional di lapangan, sedang membangun perpanjangan Bandara, yaitu bandara yang ada di perbatasan dari yang semula panjangnya 650 meter menjadi 1500 meter, yang nantinya diharapkan bisa dilandasi pesawat angkut yang lebih besar/berat untuk mengangkut 9 bahan pokok maupun material-material pembangunan, yang bisa membuka daerah terisolir. Kemudian pembangunan Bandara di Lukapung dan Kutai Barat dan jalan-jalan darat,” lanjut Pangdam yang menguasai dua bahasa asing, yaitu Inggris dan Perancis serta pernah menerima anugrah bintang jasa antara lain Satya Lencana KesetiaanVII, XVI dan XIV serta Satya Lencana Dwija Sistha, Satya Lencana Dharma Bantala.
Lebih lanjut mantan Direktur Analisa Strategis Kementrian Pertahanan tahun 2008 sampai 2010 ini
mengatakan, dalam kaitan pembangunan pihaknya (tentara Kodam Mulawarman) sudah merencanakan membantu masyarakat pedalaman dengan membangun desa percontohan di perbatasan, dimana desa tersebut nantinya akan memiliki fasilitas-fasilitas seperti desa lain. Misalnya di desa Kecamatan Krayan kabupaten malinau, akan memiliki fasilitas seperti Puskesmas, Poskamling dan memiliki jalan yang layak serta memiliki sarana perkebunan dan tanaman-tanaman lain. Sedang tenaganya akan dikirim untuk memberikan penyuluhan tentang perkebunan dan tanaman lain.
Khusus untuk masalah peningkatan SDM, dimana guru SD dan SMP nya kurang, akan diambil dari tentara yang mempunyai latar belakang pendidikan. Untuk bhakti sosial kesehatan masyarakat, setiap rotasi di wilayah perbatasan akan membawa dokter dan obat-obatan generik dan mengadakan pengobatan gratis dari bekerjasama dengan pemerintah Provinsi dan Kabupaten.
“Ini sudah kita rapatkan dan Insyaallah setelah lebaran kita bisa laksanakan, sebagai tindak lanjut dari seminar nasional konsepsi strategis, mengenai percepatan pembangunan wilayah di perbatasan. Dengan demikian setelah pembangunan perpanjangan landasan bandara jadi, segenap kebutuhan pokok akan terangkut dengan mudah dan harganya akan lebih murah serta ketergantungan masyarakat dari tetangga akan secara bertahap berkurang,” ujarnya.
Bagaimana dengan alutsista? Pangdam mengatakan, minimal sama. Tetapi kalau mau unggul, harus lebih baik dari segi kekuatan maupun pasukan dan teknologi.
“Namun karena kita pada saat ini mempunyai kerjasama dengan negeri tetangga, seperti patroli bersama, jadi tidak ada masalah. Hanya saja tentu kita tetap siap dan selalu optimis menjaga perbatasan, karena kita mempunyai kekuatan yang lebih canggih, mempunyai batalyon-batalyon yang telah ditempatkan disana, baik Infanteri, Kavaleri maupun Artileri,” ujar Pangdam VI/ Mulawarman sambil menambahkan bahwa saat ini pihaknya mempunyai program untuk menambah 15 Pos Perbatasan. Saat ini sudah ada 29 Pos Perbatasan, meskipun sesungguhnya kurang.
“Satu hal yang membuat kami bangga, adalah prestasi Kodam VI Mulawarman, karena telah ikut membidani berdirinya Universitas Pertahanan (Unhan) serta mendapatkan peghargaan Bintang Pelopor dari Presiden RI,” lanjut mantan Direktur Institute Teknologi Angkatan Darat (AD) tahun 2004-2005.

Konsep wawasan kebangsaan
Kaltim adalah salah satu provinsi yang berbatasan langsung dengan negara Malaysia. Dengan penduduk yang terdiri dari berbagai suku bangsa, bermacam agama beraneka ragam budaya dan adat istiadat serta bahasa. Mereka hidup rukun, bersatu dan saling menghormati.
Tetapi seiring dengan perjalanan waktu dan pengaruh era global serta pengaruh dari Negara tetangga, sehingga wawasan kebangsaan masyarakat di wilayah perbatasan pada akhir-akhir ini menghadapi ujian yang sangat berat. Kepedulian pemerintah pusat maupun daerah terhadap masyarakat di wilayah perbatasan perlu mendapat perhatian yang sangat besar.
”Karena itu diperlukan pemikiran dan rumusan konsep wawasan kebangsaan masyarakat perbatasan ke depan. Dan masalah wawasan kebangsaan ini tentunya bukan masalah pemerintah saja, ataupun apalagi TNI saja, melainkan segenap komponen bangsa, sehingga harus dipikirkan dan dipecahkan bersama-sama,” ujar Pangdam VI/Mulawarman Mayjen TNI Ir Drs Subekti MSc MPA, yang sejak menjabat Danrem hingga sampai sekarang masih aktif menjadi pembicara pada seminar-seminar nasional maupun internasional. Di tengah pengabdian itu, Pangdam berharap tentara Kodam VI/Mulawarman tetap bisa menjadi tentara yang dicintai rakyat, profesional serta memiliki mental spritual yang baik. Adi

Leave a Response

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Refresh Image

*

You may use these HTML tags and attributes: