Sebanyak 12 kelompok tani dan nelayan di Desa Bejalen dan Kelurahan Tambakboyo, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, bersatu membentuk Paguyuban Kampung Rawa yang dikukuhkan, Sabtu malam (4/8). Paguyuban beranggotakan 325 orang tersebut akan mengelola objek wisata apung Kampoeng Rawa di Bejalen, Ambarawa.
Agus Sumarno terpilih sebagai ketua. Pengukuhan paguyuban dilakukan Sekretaris Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (Bapermasdes) Kabupaten Semarang Ir Nurhadi MM. ’’Kami bersama-sama siap mengelola wisata ini demi kesejahteraan petani dan nelayan Rawapening di Bejalen dan Tambakboyo. Dengan adanya Kampoeng Rawa, banyak tenaga kerja dari desa terserap,’’ katanya di aula pertemuan Jln Kartini, Ambarawa,
Paguyuban tersebut juga siap mendukung upaya-upaya pelestarian Rawapening. Hanya saja harus didukung Pemkab Semarang . Sehingga bisa mempercepat proses terwujudnya wisata tersebut.
’’Selama ini sawah di pinggir Rawapening tak bisa diandalkan hasilnya. Bisa panen sekali dalam setahun sudah untung. Tapi sering tidak panen. Karena itu, kami berupaya membesarkan objek wisata Kampoeng Rawa,’’ tegas Sumarno.
Ketua Umum KSP Artha Prima Ir HM Nurzubaedi MM mengatakan, saat ini sudah ada 62 orang yang dilatih di LPK Bermuda Ambarawa terkait operasionalisasi Kampoeng Rawa. ’’Mereka dilatih bekerja di restoran, ada yang jadi waitress (pelayan), kasir, dan satpam,’’ ucapnya.
Lebih lanjut Ir HM Nurzubaedi MM, proses pembenahan untuk benar-benar profesional terus dilakukan. Sementara untuk beberapa posisi ditempati tenaga profesinal. KSP Artha Prima terus mendampingi dengan memberi masukan-masukan yang positif, dan untuk pengambil keputusan tetap berada pada paguyuban.
Banyak Pengunjung
Meski masih dalam tahap pembangunan, sudah banyak pengunjung di tempat wisata tersebut. Kampoeng Rawa yang diakses melalui Jalur Lingkar Ambarawa (JLA) merupakan daya tarik tersendiri bagi pemakai JLA. Karena sejak puasa kemarin sudah banyak dikunjungi pengunjung atau pemudik.
Kompleks yang masih relatif baru ini terletak di tepi Jalan Lingkar Ambarawa (JLA) yang juga baru diresmikan. Dari arah Yogyakarta, kompleks ini terletak di sisi kanan jalan, dan langsung mudah dikenali dengan bentuk bangunan-bangunan beratap joglo yang terletak di tengah hamparan sawah dan rawa menghijau.
Selain menikmati keindahan pemandangan Rawa Pening, pengguna JLA juga bisa menyaksikan peninggalan bersejarah sisa-sisa Benteng Pendhem secara utuh. Kompleks benteng besar ini dulunya digunakan pasukan kolonial Belanda dan memiliki makna sejarah penting, tetapi selama ini seolah benar-benar “terpendam”.
Tempat wisata ini memiliki pemandangan indah danau Rawa Pening dan perbukitan dan pegunungan yang mengelilingi rawa tersebut. Restoran Kampoeng Rawa dikonsep sebagai restoran terapung dalam arti sebenarnya.
Bangunan pondok-pondok tempat makan benar-benar dibangun di atas rakit yang terbuat dari drum-drum plastik bekas. Bahkan untuk menuju restoran ini, pengunjung harus menyeberang seruas rawa menggunakan rakit yang ditarik tali, seperti rakit penyeberangan sungai.
Rumah makan ini menyediakan berbagai pilihan makanan, mulai dari berbagai ikan air tawar segar dari danau Rawa Pening yang dimasak dengan beraneka bumbu, sampai masakan-masakan “standar” seperti nasi goreng, mie goreng, Udara di kawasan ini sangat sejuk dengan angin sepoi-sepoi.
Di pondok-pondok makan lesehan, pemudik bisa istirahat meluruskan punggung sejenak sambil menikmati pemandangan dan udara sejuk. Bagi anak-anak, disediakan fasilitas becak air untuk berputar-putar rawa di sekitar kompleks restoran, naik perahu untuk berkeliling Danau Rawa Pening, dan kendaraan motor mini-ATV (all terrain vehicle) untuk menjajal trek off road kecil di bagian lain tempat wisata.
Tiket masuk lokasi ini relatif masih murah, yakni Rp 2.000/orang ditambah tarif parkir motor Rp 2000 dan Rp 5.000/mobil. Keindahan sederhana di rawa yang terkenal dengan legenda Baru Klinthing-nya ini menjadi bisa dinikmati banyak orang dengan dibangunnya JLA. Selama ini, keindahan itu seolah tersembunyi karena pengguna jalan “dipaksa” melewati keruwetan kota Ambarawa.
Tiga Warung Apung
Dalam perbincangan Lifestyle dengan Ketua Umum KSP Artha Prima Ir HM Nurzubaedi MM, ke depan direncanakan ada tiga warung apung. Saat Lebaran, menu resto di warung apung utama selalu habis terjual. Banyak pengunjung yang harus antre, menunggu pengunjung lainnya selesai makan.
”Saat ini, baru ada dua warung apung yang siap, satu di pinggir dan satu di tengah rawa dengan kapasitas 300 orang. Ada juga 15 gazebo untuk melihat matahari tenggelam. Bagi pengunjung yang hendak masuk warung apung utama di pinggir rawa, ditarik dengan gethek. Di lokasi ini, mereka yang membawa anak bisa bermain becak air atau perahu dayung,” jelas Nurzubaedi.
Ditambahkan, para petani nelayan tersebut merupakan anggota KSP Artha Prima Ambarawa. Sejak 2004, KSP yang memiliki cabang di Jateng, DIY, dan Jabar itu telah membina ratusan petani nelayan di Bejalen dan Tambakboyo. Bulan Ramadan lalu, Paguyuban Kampoeng Rawa yang beranggotakan 12 kelompok tani nelayan di Bejalen dan Tambakboyo itu resmi dikukuhkan.
”Objek wisata Kampoeng Rawa untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan nelayan. Selama ini, sawah di pinggir rawa tidak menjanjikan hasil. Bisa panen setahun sekali sudah untung. Dengan adanya Kampoeng Rawa, petani dan nelayan semakin bersemangat melestarikan Rawapening,” ucapnya.
Dengan objek wisata baru ini, petani dan nelayan mendapat tambahan penghasilan yang lumayan. Libur Lebaran kemarin, satu pengemudi perahu stoom bisa mengantar pengunjung hingga 15 kali, dengan mendapat upah Rp 150.000. Satu perahu stoom bisa memuat 10 orang, dengan tiket Rp 100.000. Dari setiap tiket tersebut, pengemudi perahu mendapat Rp 15.000. Belum lagi dari penjualan ikan karamba. Pada Lebaran kemarin, sempat kehabisan stok ikan gurami, nila, dan bawal. Terpaksa mencari sampai ke Jawa Timur sebanyak empat kuintal,
Menurut Nurzubaedi konsep utama objek wisata Kampoeng Rawa di Bejalen, Ambarawa, Kabupaten Semarang, adalah pemberdayaan petani nelayan dan pelestarian alam Rawapening. Diharapkan dengan adanya objek baru ini, para kelompok tani nelayan di Desa Bejalen dan Tambakboyo, terangkat. Untuk mendukung upaya tersebut, kini pihak pengelola yang merupakan paguyuban tani nelayan Kampoeng Rawa, menyiapkan sejumlah fasilitas.
Selama ini pemberdayaan usaha karamba dibantu KSP Artha Prima Ambarawa, ke depan akan terus ditingkatkan. Hal itu perlu dilakukan karena pada libur Lebaran kemarin stok ikan habis terjual di resto Kampoeng Rawa. Bahkan, nelayan mencari ikan gurami, nila, dan bawal ke daerah lain.
Dalam waktu dekat, paguyuban siap mengelola kambing fermentasi yang bahan pakannya dari eceng gondok. Dengan demikian, populasi eceng gondok bisa terkendali. Disamping juga akan membudidayakan bebek peking. Dan semoga Pemkab Semarang mengeluarkan Perda bagi pelestarian burung belibis, bangau, dll yang pernah hidup di seputar danau Rawa Pening. Sehingga warga akan mudah menjaga habitatnya. Wan/Ely
Recent Comments