Kerja Keras Untuk Kejar Ketertinggalan

Dibalik membaiknya perekonomian masyarakat,  efek negatif terhadap bidang pendidikan juga cukup besar. Contoh kasus, banyak anak usia sekolah memilih bekerja di plasma ketimbang sekolah. Ada kecenderungan malas belajar setelah mampu menghasilkan uang. Nah jika, hal  ini dibiarkan berlarut-larut, maka akan berpengaruh buruk terhadap salah satu program pemerintah, yakni Pengentasan buta aksara.  Benarkah demikian?
Belum lam ini, LIFESThttp://sphotos-e.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc6/734866_418717424865170_1970853683_n.jpgYLE berbincang-bincang dengan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Purbalingga  Iskhak  Zein, SPd, MPd. Ada beberapa hal yang dipandang penting untuk direnungkan bersama terkait dengan  pendidikan di Kabupaten Purbalingga.  Kerja keras dan inovasi tampaknya memang harus digenjot untuk mengejar ketertinggalan dunia pendidikan di Purbalingga.
Di tengah-tengah keterbatasan jumlah pendidik,  Dinas Pendidikan Purbalingga terus berpacu guna berbenah, demi mewujudkan dan meningkatkan mutu pendidikan. Kita selalu melakukan pendekatan religius untuk suksesnya pendidikan di Purbalingga. Kenapa demikian? Karena Purbalingga masih tertinggal jika dibanding daerah lain di Jawa Tengah. Untuk sekolah dasar, Purbalingga menduduki rangking 22 se-Jateng, SMP rangking 23 dan SMA rangking 22 tingkat Jawa Tengah.
“Saat ini kami memang bekerja keras untuk mengejar ketertinggalan tersebut. Bahkan karyawan, sebagian besar pulangnya sore hari. Mudah-mudahan dengan niat ibadah, mutu pendidikan di Kabupaten Purbalingga bisa meningkat. Begitu juga nilai APK – APM  yang tahun sebelumnya turun hingga 2 %, bisa kembali normal (membaik),” harap  Iskhak yang kini tengah menempuh pendidikan S3 di Universitas Diponegoro Fakultas Administrasi Publik.
Hal yang menggembirakan bagi Iskhak ditetapkannya Kabupaten Purbalingga menjadi salah satu dari 13 kabupaten di Jateng yang mendapat program USAID Prioritas. Program ini dibiayai dari United State Agency for International Development atau Badan Bantuan Pembangunan Internasional Amerika Serikat. Penandatangan program itu dilaksanakan oleh Bupati Purbalingga Heru Sudjatmoko di Semarang, beberapa waktu yang lalu.
Program Prioritas (Prioritizing, Reform, Innovation, and Oportunities for Reaching Indonesia’s Teachers, Administrators, and Students) merupakan program yang mengutamakan pembaruan, inovasi, dan kesempatan bagi guru tenaga kependidikan dan siswa. Program ini merupakan program lima tahun yang dikembangkan USAID setelah program DBE (Deconsentralized Basic Education) untuk meningkatkan akses pendidikan dasar berkualitas. Program USAID Prioritas bertujuan memperluas akses terhadap pendidikan dasar yang berkualitas dan tentunya akan semakin memperkuat program pendidikan di Purbalingga. Ditambahkan, 13 daerah yang mendapat program tersebut meliputi Kabupaten Demak, Jepara, Kudus, Grobogan, Blora, Karanganyar, Boyolali, Purworejo, Batang, Purbalingga, Banjarnegara, Sragen, serta Semarang. Program ini diharapkan dapat menjangkau sekitar 33.000 siswa sekolah dasar, Sekolah Menengah Pertama, serta Madrasah.
Gambaran Pendidikan Purbalingga
Sampai saat ini Dinas Pendidikan Kabupaten Purbalingga memiliki sarana pendidikan yang cukup memadai dilihat dari sisi fisik. Karena tingkat kerusakan yang tersisa hanya berkisar 24 %. Jumlah  PAUD (Pendidikan Usia Dini)  non formal  tercatat  400 buah terdiri kelompok bermain (KB), tempat penitipan anak (TPA) dan SPS. Dari 3 kelompok ini terbanyak adalah kelompok bermain (KB), lebih kurang 300 buah. Kemudian TK 246 buah  (terdiri TK Pertiwi dan TK Pembina),  Sekolah Dasar, 467 buah, SMP 89 buah, SMA 17 buah dan SMK sebanyak  27 buah. Jumlah ini belum termasuk lembaga pendidikan non formal lain seperti desa vokasi dan lain-lain.
Kemudian jumlah sekolah yang rusak sudah cukup banyak  yang dibenahi,  tahun ini misalkan. Dindik Purbalingga mendapat alokasi  963 paket   meliputi rehab ringan dan sedang ditambah RKB dan Perpustakaan.  Anggaran Berasal dari DID 11 unit, DAK tahun 2011 sebanyak  324 buah, DAK Th 2012,  572 buah,  rehab nasional 105 buah, APBD Propnsi  51 buah dan  dana yang terserap tahun 2012 lebih kurang sudah mencapai 76 prosen dari tingkat kerusakan yang ada. Gedung rusak saat ini  tinggal 24 persen atau  sekitar 250 sekolah. “Dengan demikian untuk Purbalingga, untuk fisik sekolah  sudah cukup baik. Sekarang kita tinggal melakukan inovasi sehingga Purbalingga bisa mengejar ketertinggalan,” jelas   Iskhak  Zein.
Kemudian  untuk jumlah pendidik, tercatat sebagai berikut,  pendidik/guru SD sebanyak  2.586 guru kelas,  313 PenJas dan PAI  (Pendidikan Agama Islam) 313, kepala sekolah 440, rombel tercatat  3.279 rombel. “Kita memang masih kekurangan guru, rata-rata 2 guru untuk 1 SD.  Sampai Desember  2012 misalnya, ada kekuarangan  675 guru kelas,  161 guru Penjas dan PAI 152, totalnya sebanyak  988  guru. Dengan kekurangan ini para Kasek dan komite sekolah mengambil kebijakan  mengangkat  guru wiyata bhakti  walau tidak ada honor dari pemkab atau dinas pendidikan. Tetapi  honor ditanggung komite sekolah. Untuk  guru SMP,  PAI kurang 17 guru,  PKN 4 dan Bahasa Indonesia 14 guru, sementara untuk SMA relatif cukup. Untuk masalah kekurangan guru, kita tidak dapat  berbuat banyak, karena kewenangan ada di Pemerintah daerah. Imbasnya, untuk daerah terpencil, terpaksa banyak guru merangkap kelas. Kami selaku ketua  PGRI sudah  mengusulkan ke Presiden SBY,  agar dikeluarkan surat untuk pengangkatan guru wiyata bakti. Karena selama kurun waktu 3 tahun ini tidak ada pengangkatan, padahal jumlah guru yang  pensiun setiap bulan rata-rata 40 guru,” Iskhak Zein menghela nafas.
Tahun  2013 nanti kemungkinan besar  ada penggangkatan  tapi jumlahnya ditentukan oleh   Pemkab atau Pusat. “Kalau tidak ada pengangkatan kita akan menghadapi berbagai persoalan. Namun demikian kami berusaha semaksimal mungkin untuk berusaha sehingga mutu pendidikan di Purbalingga jauh lebih baik ketimbang sebelumnya.  Kami juga berharap, segera dilakukan pengangkatan PNS terutama untuk menambah kekurangan guru yang cukup signifikan.  Karena sudah tiga tahun tidak ada pengangkatan  terutama TK dan SD, maka kekurangan ini sekarang di-handle oleh  guru wiyata bhakti  yang jumlahnya sekitar 1000 guru,  belum lagi  yang PAUD.  Diharapkan dengan adanya penambahan guru, mampu mendorong terwujudnya mutu pendidikan di Purbalingga.   Mudah-mudahan tidak mengecewakan dan kami akan berkiprah sekuat tenaga untuk bidang pendidikan,” tandas Iskhak. Muchlas

Leave a Response

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Refresh Image

*

You may use these HTML tags and attributes: