Tak salah, kalau posisi tertinggi di Universitas Pertahanan Indonesia (Unhan) diserahkan kepada sosok Letjen TNI Ir. Drs. Subekti, M.Sc. MPA. Maklumlah, mengingat pria kelahiran Tulung Agung, 5 Maret 1956 ini sangat kenyang pengalaman sebagai tentara pemikir maupun militer pemegang komando. Rekam jejaknya tak perlu diragukan. Jam terbangnya lebih dari cukup mulai dari setiap penugasan jenjang militer terendah. Riwayat pendidikan umum, pendidikan pembentukan pendidikan bangspes juga dilalui dengan mulus.
Saat ini Rektor Unhan Letjen TNI Subekti ini juga tengah menyelesaikan pendidikan disertasi doktornya di Universitas Brawijaya. Ia juga menempuh pendidikan magisternya di universitas yang sama. “Sementara untuk program sarjana, saya tempuh di di Administrasi Publik STIA LAN RI dan juga STTAL ( Sekolah Tinggi Teknik Angkatan Laut),” jelasnya.
Arek Tulung Agung ini menambahkan kegilaan untuk menuntut ilmu, ia akui tak lepas dari bimbingan orang tua. “Keinginan untuk terus belajar memang terus terpupuk dalam sanubari semenjak masih belia. Secara pribadi semenjak saya menjadi perwira saya menemukan kesadaran diri kalau hanya memperoleh ilmu militer saja tidak cukup. Kemampuan lainnya harus ditopang dengan penguasaan ilmu-ilmu yang lain. Pengalaman menunjukkan ternyata banyak pengetahuan di bidang militer yang harus didukung oleh pengetahuan nonmiliter. Karena keyakinan diri saya sendiri menegaskan kalau penguasaan hanya pada ilmu militer saja tidak akan cukup,” katanya .
Basis ilmu yang mapan dan mumpuni menjadikan peraih tanda jasa medali kepeloporan Unhan ini tak gamang bicara banyak hal. Misalnya saat ia memberikan pandangan pri-badinya soal konteks pemimpin ideal dari perspektifnya. Ketua Tim Normalisasi Kopassus ini berpandangan bahwa seorang pemimpin harus memiliki strong leadership, ditunjang performance meyakinkan dan juga memiliki integritas serta visi yang jelas dalam memimpin bangsa.
Lebih lanjut mantan Asrena Kasad ini menyebut faktor keteladanan akan menjadi salah satu faktor paling penting yang harus dimiliki oleh pemimpin selain tentunya didukung dengan background intelektual yang mumpuni.
“Indonesia akan mengalami kesulitan kalau dipimpin oleh orang yang lemah mengingat demikian akutnya kompleksitas persoalan yang mendera bangsa ini. Padahal jika kita mau belajar dari sejarah, Indonesia awalnya ditakdirkan menjadi bangsa yang besar. Namun makin berkurangnya nilai kejujuran dan juga merosotnya integritas moral menjadi problem tersendiri yang harus dipecahkan. Kalau boleh disebut, barangkali obsesi terbesar saya adalah melahirkan great leader – great leader yang kelak akan memimpin bangsa di Unhan ini,” jelas jenderal bintang tiga yang menguasai bahasa Inggris dan Perancis.
Lebih lanjut Rektor Unhan ini menambahkan untuk mencetak lulusan yang handal, Unhan telah menyiapkan diri dengan menyusun kurikulum yang mengacu kepada UU Sisdiknas. Kurikulum yang diajarkan sa-ngat integratif dan komprehensif, yang diajarkan tak hanya dari jenderal senior namun juga diperkuat dengan profesor yang memiliki kepakaran di bidangnya dan juga akademisi di luar dan dalam negeri.
“Semua potensi itu dikelola dengan kurikulum yang sesuai dengan geopolitik Indonesia sehingga diharapkan dalam proses membangun masyarakat esuai dengan arah pembangunan dan kekhasan Indonesiaserta budaya bangsa,” jelas suami Sri Hardani dan ayah Bagus Edi Prabowo, Ayu Galuh Mega Pratiwi dan Diah Ayu Permata Sari ini. Sofyan/Wiwid
Recent Comments