Banjarnegara Uji Lima Varietas Kedelai Lokal

Tahun 2014 mendatang, Kementerian Pertanian RI telah menyiapkan bibit kedelai untuk 20 ribu hektar. Diharapkan dengan program Kedaulatan Pangan, krisis kedelai bisa teratasi. Jawa tengah sendiri hanya mampu menyerap 8.800 hektar. Menindaklanjuti program Kementerian Pertanian tersebut, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta kepada dinas terkait untuk segera melakukan persiapan.
Menurut Gubernur, kelangkaan kedelai merupakan hal serius dan akan menimbulkan masalah jika tidak segera dilakukan perbaikan. Di Jawa Tengah harus ada penambahan lahan kedelai. Dijelaskan, di Jawa Tengah luas budi daya kedelai 95.000 hektar tersebar di 29 kabupaten/kota. Sentra terluas berada di Grobogan mencapai 27 hektar. Sentra kedelai lainnya terdapat di Blora, Wonogiri, Kebumen, Demak, Rembang, Purworejo, Brebes, Boyolali, Cilacap, Banyumas, Sukoharjo dan Pati.
Kelangkaan kedelai beberapa waktu lalu juga menjadi kajian Pemkab Banjarnegara, Jawa Tengah. Pada tahun 1986 misalkan,  lahan kedelai di daerah ini mencapai 500 Ha, namun saat ini tinggal 1/10-nya. Tentu, jumlah ini sangat kecil jika dibandingkan dengan rasio kebutuhan kedelai daerah Banjarnegara.

Mentel, varietas lokal unggulan
Terkait hal tersebut, Dinas Pertanian Banjarnegara bekerja sama dengan Balai Benih dan Bibit Provinsi (BB-BP) Jawa Tengah melakukan uji coba 5 varietas kedelai di lahan 25 Ha milik Kelompok Tani Tirta Lestari, Desa Derik, Kecamatan Susukan. Lima varietas kedelai itu adalah Grobogan, Petek, Sindoro, Mentel dan Slamet. Mentel adalah varietas lokal Desa Susukan Banjarnegara. Diharapkan melalui uji coba ini akan dihasilkan varietas unggul untuk daerah Banjarnegara, khususnya kecamatan Susukan sebagai sentra tanaman kedelai.
Walim SP, Ketua Kelompok Tani Tirta Langgeng menyampaikan,  5 varietas tersebut ditanam pada tanggal 10 dan 11 September lalu. Dan sesuai rencana, 80 hari kalender atau sekitar akhir November yang akan datang sudah dipanen.  “Setahu kami para petani di Susukan, selama ini tidak pernah lagi menaman kedelai disebabkan hasil produksi tidak lagi seimbang dengan biaya perawatan yang cukup tinggi. Jadi mereka memilih tanam jagung, karena harganya saat ini jauh lebih tinggi dari pada kedelai,” katanya.
Untuk kelompok Tirta Lestari,  lanjut Walim, selama musim kemarau tidak bisa menaman apapun karena sebagian besar lahannya berada di daerah sulit air. Selama ini kebutuhan air diambilkan dari Sungai Sapi yang jaraknya sekitar 800 meter. Namun setelah mendapatkan bantuan pompa air, digunakanlah pompa bantuan tersebut.
Walim menambahkan, hingga saat ini kebutuhan air bisa tercukupi karena hanya dibutuhkan 3 kali siram dalam semusim tanam kedelai (80 hari). Yaitu pada saat persiapan tanam (Siram1), kemudian umur 1 bulan (Siram 2) dan saat sudah ‘keple’ atau berbuah (Siram 3). “Kami ingin merubah sikap petani di Susukan. Selama ini mereka membiarkan lahan sawahnya ‘tidur’ pada musim kemarau. Padahal jika dibantu dengan membuat sumur gali di lahan dan sejenisnya, tanah tersebut sebenarnya bisa diolah karena di kedalaman tertentu masih ada cukup air. Kami berharap pemerintah setempat juga lebih intens lagi memberikan motivasi kepada pada petani di daerah  tadah hujan. Utamanya bantuan pompa air atau sumur bor sehingga petani bisa beraktifitas pada musim kemarau,” harapnya.
Ir. Rosyadi MP, Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Holtikultura Dintankanak Banjarnegara menyatakan, selama ini budidaya kedele program pemerintah sering terkendala waktu ketersediaan benih. Sehingga kerap mengalami keterlambatan dan kegagalan. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah ketersediaan bibit sesuai dengan keingian petani. Karena petanilah yang mengetahui kondisi di daerah masing-masing.
Sebelum ada program bantuan bibit kedele program pemerintah, Petani  Banjarnegara biasanya menggunakan bibit hasil panen atau biasa disebut Jabal (Jaringan Bibit Lapangan). “Dengan seperti ini petani tidak harus menunggu pengadaan benih. Hasilnyapun lumayan bagus karena tepat mongso (waktu, red). Setelah ada bantuan bibit kedelai pemerintah, system dan pola tanam ditentukan dari dari Pusat.”
Pengadaan bibit juga dilakukan oleh pihak ketiga. “Hanya saja, masalah teknis dan waktu tanam sering terkendala. Sehingga hasil panenan tidak maksimal. Kami ingin menggunakan pola lama.  Diawali dengan uji coba 5 varietas di Derik. Diharapkan dari 5 varetas ini akan diketahui mana varietas yang cocok untuk Banjarnegara. Dari sinilah kami akan mencoba menggairahkan lagi kedelai di Banjarnegara,” katanya.
Diakuinya, tamanan kedele tidak memerlukan perawatan spesifik, masalah utamanya ada pada benih. “Terkait bibit, varietas hasil temuan akademisi seperti UNSOED, sebenarnya sudah menghasilkan bibit bagus yakni Slamet. Tetapi  tidak dipersiapkan  anggaran lanjutan sehingga petani masih kesulitan mendapatkan bibit tersebut. Mustinya hasil penelitian dari akademisi menjadi program pemerintah pusat hingga kabupaten sehingga memiliki  kesesuaian spesifikasi. Karena bibit unggul hasil penelitian di Bogor misalkan, belum tentu bagus diterapkan disini,” katanya.
Ke depan, untuk program budidaya kedelai, Dinas Pertanian Banjarnegara akan mengupayakan pengadaan bantuan benih melalui APBD. Disamping itu sarana produksi termasuk alsistan, hand traktor dan pompa air. Sehingga saat pergantian musim prediksinya salah, bisa dikendalikan dengan pompa ini. Tapi khusus untuk daerah sentra kedelai direncanakan tahun 2014 minimal 25 hektar. Jika satu tahun berhasil, akan ditambah.
“Kalau kita dapat fasilitas bantuan pemerintah, petani memang tidak bisa ‘ngarani’ (meminta, red) jenis bibit, karena pengadaan dilakukan oleh pihak ketiga. Kenyataan di lapangan,  hasil uji coba sesuai dengan spek yang dikeluarkan oleh perusahaan benih, produkifitasnya 2,5 ton/Ha, tetapi hasilnya tidak bisa tercapai, hanya kisaran 1,5 ton/Ha. Sehingga petani lari ke jagung. Petani hendaknya diberi keleluasaan untuk mencari bibit sendiri, waktunya juga jangan ditentukan, karena kontur tanah dan ketersediaan air di masing-masing daerah tidak sama. Muchlas Hamidi

Leave a Response

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Refresh Image

*

You may use these HTML tags and attributes: