Sumpah Pemuda di mata Walikota

Peringatan Sumpah Pemuda yang jatuh pada 28 Oktober lalu, merupakan moment yang bersejarah bagi bangsa Indonesia. Karena itu rasanya merupakan saat yang tepat bila peringatan kali ini dijadikan  moment refleksi diri, sudah sejauh manakah sumbangsih pemuda untuk kemajuan bangsa dan negara ini.
Menurut Walikota Semarang Hendrar Prihadi kepada LIFESTYLE  bahwa diikrarkannya Sumpah Pemuda yang diawali pada 85 tahun lalu, merupakan perjalanan sejarah yang panjang, karena   sebelum kita merdeka, ada moment sejarah bangsa menuju Indonesia merdeka, yang dimulai dari 1908, berdirinya organisasi pemuda kebangsaan Boedi Oetomo dan Sumpah Pemuda 1928.
“Karena disitu ada kongres Pemuda yang kedua,  dimana kawan-kawan pemuda dari berbagai suku bangsa  seperti Jong Jawa, Jong Ambon, Sumatera, Sulawesi dan lain lain berkumpul untuk mengikrarkan diri dengan nama Indonesia. Adapun ikrar tersebut adalah, bertanah air satu, tanah air Indonesia, berbahasa satu bahasa Indonesia dan berbangsa satu, bangsa Indonesia.
Oleh sebab itu, kita jangan hanya terpaku pada seremoni biasa, seperti kegiatan  upacara-upacara yang hanya datar-datar saja. Karena itu saya selalu berharap, ada moment-moment yang bisa untuk merefleksi diri, apa yang sudah bisa dilakukan selama ini. Apakah kita masih berkutat dalam persoalan  mengkotak-kotakkan masyarakat, seperti kowe wong Islam, kowe wong Nasrani, wong Budha, atau kowe wong Jowo, kowe wong Cina atau kita sudah melebur menjadi satu kekuatan bangsa,” ujarnya dengan nada bertanya.
“Kalau kita sudah merefleksi diri, kita sudah melakukan hal yang benar bahwa kita adalah bangsa yang plural, bangsa yang majemuk,  Bhineka Tunggal Eka. Maka yang paling penting adalah bagimana kita mempertahankan yang sudah baik  ini. Nah kalau sudah menjadi satu kesatuan, kalau ada yang kurang kita bantu, bisa bantu uang, bantu tenaga, bantu doa, bantu pemikiran dan sebagainya.
Tetapi kalau masih mengkotak-kotakkan, maka bahaya besar bagi bangsa ini. Artinya, kita harus berkaca kembali pada semangat Sumpah Pemuda, bahwa ternyata masih ada yang keliru dalam menyikapi bagaimana menjadi warga negara Indonesia,” tegas Hendrar Prihadi.       Tono/Adi/Osli

Share Button

Leave a Response

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Refresh Image

*

You may use these HTML tags and attributes: