Pemimpin Harus PAhami Persoalan Masyarakat

Pendidikan di Indonesia walaupun relatif maju tapi masih jauh dari keadilan. Artinya, pendidikan berkualitas itu hanya dinikmati mereka yang ada di kota, selebihnya masih jauh dari harapan. Akses masyarakat untuk mendapatkan pendidikan pun masih belum merata.

Nama Dr. H. Marzuki Alie, SE, MM mencuat sebagai salah satu calon presiden dari Partai Demokrat. Ditemui LIFESTYLE di ruang kerjanya, di Gedung Nusantara III MPR DPR (Sabtu, 7/10/2013), Marzuki mengungkapkan alasannya kenapa maju sebagai calon presiden. Salah satunya, ia belum melihat ada calon-calon pemimpin yang betul-betul memahami persoalan yang ada di masyarakat.
Persoalan itu diantaranya, pertama, masalah pendidikan. ”Pendidikan di Indonesia walaupun relatif maju tapi masih jauh dari keadilan. Artinya, pendidikan berkualitas itu hanya dinikmati mereka yang ada di kota, selebihnya masih jauh dari harapan. Akses masyarakat untuk mendapatkan pendidikan pun masih belum merata. Padahal, masalah pendidikan sudah tertuang di dalam konstitusi. Dalam pembukaan UUD 1945 disebutkan, bahwa tujuan kita bernegara antara lain mencerdaskan kehidupan bangsa. Kalau ini belum bisa diwujudkan, berarti berdirinya negara kesatuan ini belum sesuai dengan cita-cita para pendirinya, para pendahulu yang telah membuat konsensus bersama yang dinyatakan dalam pembukaan UUD 1945,” ungkapnya.
Kedua, Marzuki melihat ada persoalan ketidakadilan juga dalam menikmati ’kue’ pembangunan. ”Pertumbuhan ekonomi kita bisa dikatakan tinggi, tetapi hasilnya belum dirasakan secara adil dan merata. Karena masih banyak masyarakat yang berpenghasilan sangat minim. Tingkat kemiskinan kita menurut data  Badan Pusat Statistik masih tinggi, sekitar 12 persen.”
Tapi tentu tidak mudah memajukan pendidikan di daerah pelosok, mengingat posisi dan besar biayanya. Marzuki menegaskan, “Sebenarnya kendala seperti itu bisa diatasi asal berani melakukan terobosan. Kita sudah bisa mendidik tenaga-tenaga Polri sampai ke desa-desa. Kenapa kita tidak bisa mendidik guru sampai ke desa-desa? Kalau mendidik guru jangan mengambil di kota, utamakan orang-orang yang berasal dari masyarakat desa itu, sehingga tidak berpikir untuk pindah. Kalau dari jauh, besar kemungkinan setelah jadi PNS minta pindah.”
Menurutnya, dulu seharusnya ada terobosan di mana masyarakat yang berasal dari daerah diberikan pendidikan khusus keguruan, baik SD, SMP, maupun SMA. Mereka diberi pendidikan secara gratis oleh pemerintah. Kemudian ditugaskan menjadi guru ke wilayahnya masing-masing. Kalau diperlukan sebagai PNS, ya diangkat jadi PNS. ”Apalagi jika memang dibutuhkan,” tambahnya.
Bukan untung rugi
Ada yang berpendapat Marzuki sangat diuntungkan dengan kedudukannya sebagai Ketua DPR. Tapi bagi Marzuki, soal untung rugi bukan hal penting. Baginya yang terpenting rakyat perlu melihat secara cerdas siapa calonnya. Rakyat sendirilah yang mengevaluasi dan menilai, membuka dan membedah, supaya mendapatkan pemimpin yang betul-betul memenuhi harapan masyarakat Indonesia.
Siapa yang menurutnya pesaing paling berat? Marzuki hanya menjawab diplomatis, ia tidak berpikir pesaing. “Hasilnya terserah rakyat. Nggak usah bicara persainganlah. Itulah demokrasi, suara rakyat suara Tuhan. Yang penting rakyat senang, suka, tahu bahwa yang itu benar, ya udah itu saja.” Siapapun yang terpilih nanti, Marzuki akan menerimanya.
Sebagai public figure sekaligus Ketua DPR yang kini anggotanya tengah disorot karena belitan kasus korupsi besar, tentu ada yang tidak suka terhadapnya. Toh, Marzuki menanggapinya sebagai hal biasa.
“Sebenarnya bukan senang tidak senang, tapi belum kenal. Nggak kenal maka tak sayang kan? Nggak kenal maka nggak cinta. Jadi rakyatnya harus kenal dulu. Kalau mau kenal dengan Marzuki  Alie, boleh kok.”
Meskipun sebagian masyarakat menganggap Demokrat gudangnya koruptor, Marzuki tetap optimis maju sebagai calon presiden. Menurutnya, hampir semua partai terlibat masalah korupsi. ”Yang penting komitmen partainya. Apakah orang korupsi itu dihukum atau diberhentikan dari partainya atau tidak. Demokrat dapat musibah ada kadernya kena korupsi, tapi Demokrat punya komitmen memberantas korupsi. Sehingga siapapun yang terlibat korupsi, kita keluarkan dari partai. Itu bentuk komitmennya.”
Menjaga moral
Ada yang menghendaki, untuk maju sebagai capres, Marzuki harus mundur dulu dari kursi Ketua DPR. Tanpa merinci siapa saja yang menghendaki ia turun dari kursi ketua DPR, Marzuki tetap bersikukuh tidak mau mundur dari jabatannya. Menurutnya, anggota DPR beda dengan kementerian. “Anggota DPR tidak punya kewenangan mengelola anggaran. Ia cuma melakukan kerja politik saja. Kerja politik itu tidak ada yang salah dengan pencalonan sebagai presiden, karena memang tidak ada satu hal yang membuatnya tersandera, misalnya harus menandatangi keuangan, harus melakukan tender, dan sebagainya,” paparnya.
Sebagaimana kita ketahui, mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum saat ini sedang menghadapi proses hukum. Banyak pihak meyakini, kalau sampai Anas buka mulut, bisa menjatuhkan Marzuki Alie. “Walaah… Nggak akanlah terjadi seperti itu. Kita juga baik-baik saja dengan orang. Masalah hukum yang membelit pak Anas nggak bisa dikaitkan dengan saya. Tentu beliau tahulah. Masalah hukum biar ia hadapi saja.”
Marzuki mengaku, dulu belum pernah membayangkan bahwa pada akhirnya bisa duduk di kursi DPR. “Saya tidak ada turunan sebagai orang politik. Tidak ada sekolah politik. Tidak sebagai orang politik. Tidak punya cita-cita politik. Tapi Tuhan memberi jalan saya untuk masuk dalam dunia ini. Saya menjalani hidup mengalir saja. Kita berusaha, berdoa, bertawakal melakukan semua itu dengan kesabaran, dan keikhlasan. Jadi gitu aja resepnya. Banyak bersabar, kerja ikhlas, dan banyak bersyukur. Yang penting, yang harus dijaga adalah moral. Jangan sampai terkontaminasi dengan perbuatan-perbuatan yang menciderai penilaian publik terhadap kita dari sisi moralitas, entah itu korupsi dan sebagainya.”
Sebagai manusia biasa Marzuki menyadari juga pernah kilaf. “Manusia pasti tidak luput dari salah. Makanya saya selalu menyampaikan kalau ada hal-hal yang tidak berkenan, saya tidak tahu apakah menyinggung apa tidak, saya mohon maaf. Karena kita menyadari diri kita itu penuh ketidaksempurnaan,” pungkasnya. Anwari

Share Button

Leave a Response

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Refresh Image

*

You may use these HTML tags and attributes: