Kelangkaan pasokan pupuk kimia di sejumlah daerah serta tingginya harga, membuat banyak petani semakin menjerit. Padahal, bila kita mau menilik kembali ke belakang tentu petani bisa beralih dengan menyiasati kelangkaan pupuk dengan penggunaan pupuk organik.
Pupuk organik sudah lama dikenal para petani di negeri ini. Sejak masa lalu sudah dikenal pupuk organik jauh sebelum diterapkannya revolusi hijau di Indonesia. Paska revolusi hijau, dan seiring dengan munculnya pabrik-pabrik pupuk kimia di Indonesia, petani mulai terbiasa menggunakan pupuk buatan karena dianggap lebih praktis dalam penggunaan.
Seperti apa implementasi penggunaan pupuk organik yang efisien, ideal dan tepat guna? Berikut wawancara LIFESTYLE dengan pakar organik dan penemu Bio-Activator, Ir. Bambang Wimboro.
BISA ANDA JELASKAN SEDIKIT TENTANG PUPUK ORGANIK?
Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari nabati dan hewani, ini berbeda dengan pupuk kimia yang memakai bahan kimia untuk menyuburkan tanah. Selama ini kita mengenal NPK, dalam penggunaan pupuk kimia, padahal unsur yang dibutuhkan tanah tidak cukup hanya dengan NPK (nitrogen, fosfor, dan kalium).
MENURUT ANDA, SALAHKAH PETANI SAAT INI DALAM MEMILIH PUPUK?
Bukan salah, namun kurang tepat. Jika hanya mengandalkan unsur NPK, maka unsur hara dalam tanah akan bergantung pada kimia. Berbeda dengan pemakaian pupuk organik, yang memacu proses alami hara dalam tanah sehingga organisme-organisme yang ada dalam tanah bisa hidup kembali dan dapat membantu tanaman dalam proses produksi.
LALU, BAGAIMANA MEMBUAT PARA PETANI MAU MENERIMA TEKNOLOGI BARU?
Untuk petani yang sudah menggunakan urea, maka hanya perlu merubah penerapannya saja. Jika sebelumnya memakai 150 kg untuk satu bahu sawah, maka dengan pupuk organik cukup memakai 10 kg saja. Pemborosan pemakaian pupuk terjadi karena budaya yang salah sejak revolusi hijau. Ada pembodohan masyarakat yang berasumsi semakin banyak pupuk maka semakin bagus, tapi dengan teknik yang salah sehingga tidak efektif. Ketika satu genggam urea disebar ke sawah, maka 50 persennya akan menguap di udara, 25 persen akan larut dalam air dan hanyut. Hanya tinggal 25 persen saja yang diserap tanah, bayangkan betapa ini sebuah pembodohan, bukan?
MENURUT ANDA, TEKNIK MEMUPUK SEPERTI APA YANG BENAR?
Pupuk urea dilarutkan dalam air kemudian disemprotkan ke tanaman. Namun sebelumnya, tanah harus diolah dengan pupuk organik untuk mengembalikan unsur hara. Kandungan kimia pada urea mengandung unsur nitrogen. Nah dalam aplikasi organik, kita bisa menggantinya dengan rhizobium japonicum yang difermentasi dari tanaman kacang-kacangan.
SAAT INI BANYAK JUGA PABRIK PUPUK KIMIA YANG SUDAH MELUNCURKAN PRODUK PUPUK ORGANIK, BAGAIMANA TANGGAPAN ANDA?
Ya, secara fisik dan promosi memang sudah banyak. Namun, kandungan organik dalam pupuk buatan mereka tidak 100 persen organik. Misalnya Petroganik, mereka membuat pupuk organik itu dengan komposisi NPK ditambahkan S.
LANTAS KANDUNGAN APA SAJA YANG IDEAL DALAM PUPUK ORGANIK?
Unsur makro ideal yang harus dipenuh dalam pembuatan pupuk antara lain: karbon, air, oksigen, nitrogen, belerang, fosfor, kalium, kalsium, ferrum, dan magnesium. Sementara untuk unsur Mikro yang dibutuhkan adalah baron, molibdenum, dan cuprum.
BAGAIMANA PERAN PEMERINTAH SEJAUH INI?
Indonesia sudah go organic sejak dulu. Bahkan di dunia pertanian, organik sudah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu, melalui pemanfaatan pupuk kompos dan pupuk kandang. Saya pikir pemerintah harus ikut turun dalam kampanye Indonesia Go Organic, sebab bagaimanapun regulasi tentang organik masih belum gencar.
BISAKAH ANDA JELASKAN REGULASI KONKRIT SEPERTI APA YANG PERLU DITERAPKAN?
Pertama, pemerintah harus memberikan pemahaman bahwa pertanian organik lebih menguntungkan. Dari sisi produktifitas hasil panen, terbukti dengan sistem pertanian organik akan memberikan hasil lebih melimpah dengan biaya produksi rendah karena pupuk lebih murah. Fakta membuktikan, saat ini beras organik atau buah hasil pertanian organik harganya juga lebih mahal. Selain itu, hasil komoditas pertanian organik lebih higienis, karena bebas kimia.
Kedua, pemerintah harus mulai menata para produsen pupuk organik, termasuk menetapkan parameter kandungan atau unsur apa saja yang harus diperhatika. Hal ini sangat penting, mengingat bahan pembuatan pupuk organik bisa diambil dari bahan yang ada disekitar kita.
Ketiga, masalah edukasi yang meliputi penataan peredaran pupuk organik, termasuk kandungan bahan dalam pupuk. Bahan pembuatan pupuk organik yang aman dan memiliki kandungan nutrisi yang dibutuhkan tanaman meliputi tetes tebu, tepung ikan, hingga kotoran sapi. Untuk pemakaian bahan lain harus diwaspadai adanya munculnya bakteri ecoli dan salmonella. Nah, disini peran pemerintah agar aktif ikut mendukung gerakan petani yang ingin kembali ke sistem pertanian organik.
APA HARAPAN BAPAK UNTUK PETANI INDONESIA?
Harapan saya, petani di Indonesia mau menerima inovasi teknologi, serta menularkan pengetahuan yang telah didapat kepada petani lainnya. Saya sudah keliling Indonesia, dan saya akui merubah budaya para petani di Indonesia tidaklah mudah, sebab ketika petani sudah berhasil dalam aplikasi pupuk organik dengan hasil yang melimpah, mereka tidak mau menularkan kepada petani lain, bahkan cenderung menutup diri. Kebiasaan inilah yang harus segera dirubah agar sektor pertanian di Indonesia bisa berjaya. ***T.Eko/D