Lestarikan Warisan Leluhur

wawancara jamu
Pertemuan

Di era kekinian, pamor jamu sebagai obat  tradisional Indonesia yang dikenal sebagai bagian dari kebudayaan warisan leluhur, tidak bisa dielakkan dari persaingan/kompetisi di bidang industri jamu. Bukan saja antar sesama pengusaha jamu dalam negeri, tetapi juga manca negara.

Jamu Cap Potret Nyonya Meneer adalah perusahaan jamu tradisional Jawa, yang kini pasarnya sudah merambah pasar internasional di tiga benua yaitu Asia (termasuk Malaysia, Jepang, Korea Selatan, Singapura, Taiwan dan Cina), Eropa, dan Amerika.
Bagaimana strategi Jamu Tjap Potret Njonja Meneer menghadapi persaingan? Berikut ini wawancara khusus wartawan LIFESTYLE Sutono &Adi Kusnadi dengan Presdir Jamu Tjap Potret Njonja Meneer, DR. Charles Saerang di Taman Jamu Indonesia Kabupaten Semarang.
Apa program Jamu Tjap Potret Njonja Meneer tahun 2014 ?
Kami mempunyai sekitar 2554 macam produk. Namun fokusnya sekarang pada 5 produk yang berorientasi kepada kesehatan. Pertama; produk yang berkaitan dengan penyakit Reumatik. Sekarang masyarakat cenderung memiliki pola hidup serba enak, pakai AC, duduk pilih yang enak, makan juga serba enak, akibatnya bisa menyebabkan penyakit reumatik.
Kedua;Darah Tinggi, ini juga akibat pola hidup. Kalau sudah terkena penyakit ini, sangat mengerikan. Jika tidak diobati secara tuntas dan berkelanjutan, bisa menyerang ginjal. Oleh sebab itu darah tinggi juga dikenal sebagai pembunuh berdarah dingin, karena tahu-tahu bisa stroke, bahkan mengakibatkan kematian.
Ketiga; Diabet, karena pola makan orang Indonesia itu kalau tidak manis, ya asin. Kalau tidak hati-hati, bisa terkena Diabet. Yang keempat, masalah Penuaan (Pikun). Ini juga berbahaya, karena bisa lupa istri atau suami. Untuk penangkalnya ada tanaman Pegagan yang bisa meningkatkan daya pikir, sehingga mengurangi pikun. Produk yang kelima terkait Kolesterol.
Saya lihat lima produk kesehatan itu efektif sekali. Makanya lima produk itulah yang sekarang ini terus kita dorong dan kembangkan.
Karena itu bagi yang ingin hidup sehat, kesehatan itu mutlak dan penting, disamping  tidak lepas dari olahraga, tetapi  dengan olahraga saja juga tidak sempurna tanpa makanan sehat dan  minum yang teratur jamu.
Selain lima produk itu, juga akan diluncurkan satu lagi produk khusus bagi perempuan yaitu Peputih untuk mengobati keputihan (Pektay). Karena pada umumnya, setiap perempuan pernah mengalami keputihan. Di Hongkong, produk kita yang namanya Jamu Peputih Nyonya Meneer ini laku keras karena disana banyak TKW dari Indonesia. Kan salah satu penyebab keputihan itu karena lembab. Dan Hongkong juga dikenal memiliki kelembaban tinggi.
Ada juga produk untuk melebatkan dan mengurangi kerontokan rambut. Namun sekarang belum diluncurkan, karena masih dalam proses penelitian untuk merubah agar produk yang mempunyai bau ciri khas tradisi ini, lebih wangi sehingga semakin digemari. Memang, kalau dicampur obat kimia sebetulnya bisa, tetapi saya tidak mau, karena ingin natural saja.
Apa keunggulan produk-produk Jamu Tjap Potret Njonja Meneer?
Produk kami lebih halus, lebih sedap dan lebih manjur. Kenapa halus? Karena sejak dulu dan sampai sekarang, ini adalah jamu priyayi. Sedap, bahwa setiap minum jamu seperti minum kopi, ada aroma wanginya. Maka kalau tidak ada wanginya, itu bukan jamu.Dan, sesudah diminum, pasti manjur.
Sebagai bukti, ibu Meneer memberanikan diri memakai foto dirinya. Kami kira satu-satunya orang yang berani memakai foto diri untuk sebuah produk jamu hanya Ibu Meneer. Kenapa saya bilang berani?  Karena jaminannya reputasi. Sebelum meninggal, beliau wanti-wanti (berpesan) pada saya, foto diri (potret) ini jangan dipermainkan, bahkan harus terus diperjuangkan sampai akhir hayat.
Ibaratnya, jamu itu menjual kepercayaan (trust). Memang semua demikian, tetapi jamu lebih sensitif. Misalnya jamu yang baru dibuat tahun lalu tidak mungkin bisa langsung terkenal. Sebab jamu itu harus memiliki historis, agar bisa berkembang.  Contohnya, produk kami seperti Minyak telon, Mangir, Lulur, Kayu Putih tetap laris sampai sekarang.
Bagaimana menghadapi persaingan di pasar global?
Selain fokus pada lima produk di atas, kami juga membuat jamu dalam bentuk kapsul atau ekstrak, sesuai ijin dari pemerintah.
Sekarang ini banyak mengemuka kasus jamu yang mengandung obat kimia. Bagaimana Bapak menyikapinya? Dan apa harapan Bapak kepada Pemerintah?
Sebetulnya ini perlu peran pemerintah. Sebagai salah satu kebudayaan warisan leluhur, jamu ini mau dibawa kemana? Apalagi jamu juga memberikan pemasukan bagi negara. Kenapa jamu yang dicampur dengan bahan kimia bisa beredar? Bahkan bisa sampai ke Arab, ijinnya pun dipalsu, atau menggunakan ijin orang lain. Sementara pembuatnya tidak bertanggung jawab. Ini kan mengindikasikan ada kelengahan dari pemerintah.
Bagaimana jika gara-gara ini, negara yang dimasuki merasa dirugikan, kemudian menyetop masuknya jamu ke negara mereka? Tentu akan berdampak pada produk yang benar-benar jamu asli. Saya kuatir. Jangan sampai perusahaan kecil maupun perusahaan besar dirugikan. Masyarakat pun bisa  minum jamu dengan tenang . Karena itu kita perlu menjaga dan membuat jamu dengan cara-cara yang baik, agar bisa mengangkat citra jamu.
Sekarang, industri  jamu kan di bawah Kementerian Kesehatan, karena itu pembinaannya juga dilakukan oleh Kementerian Kesehatan. Saya berharap selain pembinaan juga ada pengawasan seperti dari Badan POM, juga berani menegur.
Kedua, regulasi peraturan jamu dipermudah, sehingga perusahaan jamu kecil bisa berkembang. Karena itu kami sedang mempersiapkan RUU Jamu, yang intinya bagaimana usaha jamu bisa berkembang dari hulu sampai ke hilir. Jamu dipisahkan dengan farmasi dan dipilah-pilah. Ketiga, saya mengharapkan  Multi Level Marketing (MLM) Farmasi dibatasi, karena selama ini mereka bebas masuk ke toko-toko.
Melihat perkembangan perusahaan ini, mengapa tidak memilih mengurus perusahaan saja?
Memang ada yang berseloroh agar saya mengurusi jamu saja. Tapi meski sudah berkutat selama 30 tahun di bidang jamu, saya tak lelah memperjuangkan RUU Jamu. Selama dipercaya menjadi Ketua Organisasi Jamu yang mempunyai anggota 1481 dan 81 diantaranya perusahaan setengah besar/ termasuk farmasi, saya akan terus bersuara.
Itu juga menjadi pertanyaan bagi saya. Perusahaan farmasi masuk ke organisasi jamu. Ini akan menjadi tantangan berat bagi industri jamu.
Jadi harapan kami kepada pemerintah, kurangi jamu kimia, kurangi regulasi dan bagaimana men siasati agar MLM tidak berkembang. Sebab kalau tidak, kita sebagai usaha jamu yang berat.
Dalam pertemuan dengan Bapak Gubernur Jateng, Januari lalu, juga menyentuh usaha kecil. Lantas saya katakan, mestinya empon-empon sebagai bahan jamu itu diopeni, termasuk petaninya, kemudian kita yang membelinya, sementara pemerintah sebagai fasilitator dan mediatornya.
Apa kendala yang dihadapi?
Kita sering dihadapkan pada mafia/tengkulak-tengkulak. Maka solusinya adalah membuka lahan tanaman baru dan membentuk petani empon-empon baru. Kita itu kalah dengan Korea yang tidak malu menawarkan ginsengnya. Seperti ketika saya naik pesawat Korea selalu disuguhkan minuman kopi dan ginseng. Sementara kita punya jahe yang bisa diolah sebagai minuman, sulit menembus instansi pemerintah untuk dijadikan minuman sehari-hari bagi karyawan atau menjamu tamu.Padahal omzet jamu kita 1 tahunnya pernah menembus 40 – 45 triliun rupiah, namun sekarang turun drastis sampai 3 triliun/tahun. Coba kalau pemerintah jeli seperti Korea, omzetnya mungkin bisa kembali seperti semula.
Jamu sebagai budaya peninggalan leluhur, menurut bapak bagaimana seharusnya agar tidak diakuisisi oleh negara lain seperti halnya batik yang nyaris dicaplok?
Saya kira pemerintah juga harus terus mensosialisasikan jamu. Di Malaysia, jamu dianggap sebagai obat kampung. Sebenarnya mereka lebih suka dengan jamu kita, tapi adanya jamu campur bahan kimia yang beredar disana, citra jamu kita rusak. Sementara pemerintah sana sendiri ikut mendorong berkembangnya obat kampung yang dimodifikasi dari berbagai negara seperti Korea termasuk Indonesia, sehingga terus bisa berkembang.
Karena itu menjadi tugas kita sekarang untuk terus berjuang menghilangkan kesan obat/jamu kita tak dianggap sebagai racun. Saya berharap, baik pemerintah maupun masyarakat, terus mencintai dan memakai produk kita sendiri, produk Indonesia. Dan pemerintah mesti mempeloporinya.
Prestasi/penghargaan apa saja yang pernah didapat?
Semenjak Taman Jamu Indonesia dibuka dua tahun lalu, banyak wisatawan berdatangan dari Sulawesi, Kalimantan, Sumatera dan masyarakat Jateng sendiri termasuk pelajar, mahasiswa serta organisasi kemasyarakatan, karena tanaman obat disini lengkap. Taman ini juga menjadi sejarah, karena sempat disinggahi bapak presiden termasuk ibu negara dan menterinya.
Karena itu saya memang ingin terus mengangkat nama Jawa Tengah dan Semarang sebagai ibu kotanya. Dengan sederet penghargaan yang didapat Nyonya Meneer, seperti penghargaan tentang Lingkungan Hidup, Kalpataru dari Presiden, kemudian Upakarti serta dari Kementerian Pendidikan, merupakan bukti peduli pada Jateng. Pada tahun 2014 ini, kami sedang dan akan terus mencari masukan dengan mengadakan kerjasama Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Tengah, termasuk kementerian pariwisata tentunya.
Cikal bakal jamu lebih dikenal dari Jateng. Apa harapan Bapak ke depan?
Kami berharap dengan berdirinya Taman Jamu Indonesia yang luasnya 3 hektar lebih di Ungaran, Kabupaten Semarang, bisa dimanfaatkan sebagai pusat pendidikan dan belajar sekaligus wisata untuk mencari informasi tentang tanaman obat bahan jamu. Karena disini ada lebih dari 800 jenis tanaman obat, sehingga jamu tidak  hilang digerus era global.
Kita dikenal sebagai negara jamu nomor dua setelah Brazil. Sekarang turun menjadi nomor empat. Maka berdirinya Taman Jamu ini juga untuk mengangkat nama Jawa Tengah sekaligus sebagai pusatnya jamu. Disamping itu yang mendorong terwujudnya Taman Jamu ini yang paling mendasar adalah karena harapan dari Ibu (Nyonya) Meneer agar produknya terus bisa dimanfaatkan masyarakat. Maka kebun milik ibu Meneer kemudian dibuat menjadi Taman Jamu Indonesia sekaligus bisa dimanfaatkan untuk wisata belajar tentang tanaman obat termasuk menikmati keindahan alam yang berhawa sejuk di lereng gunung Ungaran dan lain sebagainya.
Ke depan, saya berharap jamu tetap ada sebagai upaya melestarikan warisan budaya leluhur. Disamping itu perlu terus digalakkan program sertifikasi jamu, dimana pemerintah melakukan pendekatan kepada dokter untuk bisa meresepkan jamu dalam bentuk penelitian ke lapangan. Jadi jamu-jamu itu akan digunakan oleh dokter dibawah program litbangkes sebagai obat kesehatan.
Apalagi sekarang ada Perhimpunan Dokter Herbal Medik. Dari dokter inilah yang semoga bisa memberikan resep jamu kepada pasiennya. Disamping itu dalam progarm BPJS yang mulai dilaksanakan Januari 2014 lalu, kami berharap jamu bisa masuk sebagai bagian dari asuransi kesehatan.***

Leave a Reply

Your email address will not be published.