Mengusung jargon “intelektual dan berkarakter”, Universitas Wahid Hasyim optimis menjadi kampus unggulan pada tahun 2025. Berbagai terobosan digelontorkan demi mencetak lulusan berkualitas yang memiliki kedalaman akhlaq.
Masjid itu berdiri kokoh di pinggir Jalan Menoreh Semarang. Letaknya tepat di dalam area kampus Universitas Wahid Hasyim. Berkelir putih, masjid lebih dulu dibangun ketimbang universitas. Pasalnya masjid merupakan simbol religi yang dijadikan sebagai fondasi keilmuan lembaga pendidikan tinggi milik Nahdlatul Ulama ini.
Nuansa religius kian kental dengan berdirinya sebuah pesantren. Meski mahasiswa tak diwajibkan nyantri, namun kapasitas kamar selalu penuh. Ini membuktikan melambungnya anemo masyarakat terhadap sistem pembelajaran yang menggabungkan antara keilmuan dan religi ini. “Kami berharap Unwahas mampu mencetak sarjana yang memiliki intelektual tinggi dan berkarakter,” kata Rektor DR. Noor Ahmad.
Pernyataan pak Rektor shohih adanya. Pembinaan karakter mesti digenjot. Sebab belakangan jumlah manusia yang berkarakter terus menyusut, bahkan hampir sirna dari bumi nusantara. Banyak orang hanya berkutat pada keilmuannya semata sehingga melalaikan sisi-sisi moralitas yang dibimbing oleh agama.
Akibatnya muncul tindak kekerasan antar kelompok, narkoba, pornografi, korupsi atau beragam praktik asusila lain. Nah, di sinilah peran lembaga pendidikan menjadi sangat vital untuk membina hubungan ilmu dan moral kembali harmonis.
Universitas Wahid Hasyim lahir ketika reformasi tahun 1998 bergulir. Selain krisis moneter, kala itu terjadi pula kemerosotan moral segala bidang, baik di birokrasi maupun dalam dunia akademisi sendiri. Maka Nahdlatul Ulama berinisiatif membenahi akhlaq masyarakat secara komprehensif, terutama generasi muda, lewat jalur pendidikan.
Simbol-simbol keislaman yang diusung tak sekedar bungkus atau pelengkap saja. Kajian-kajian keilmuan dikembangkan Universitas dengan cara menggali dalil-dalil dalam Qur’an dan Hadist. Namun Misi menafsirkan ‘dalil-dalil samawi’ menjadi ilmu pengetahuan yang mampu diterima akal jelas bukan perkara gampang. Sebab Islamic Session Of Knowledge dan Islamic Session Of Science belum rampung.
“Kita terus berusaha menggali. Kita ingin menunjukkan bahwa Islam merupakan sumber inspirasi dan bagian terpenting dalam ilmu pengetahuan,” tandas Wakil Ketua Badan Pengurus Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) ini. Walhasil kajian-kajian keilmuan umum yang bersumber dari literatur Islam terus dikembangkan. Di fakultas farmasi, misalnya. Selain menggunakan teori-teori umum, para dosen didaulat pula memberikan ayat-ayat yang berhubungan dengan farmasi. Referensi juga diambil dari khasanah intelektual para pemikir muslim, seperti Ibnu Sina dan Ibnu Rusy.
Contoh lain bisa dilihat dari Fakultas Ekonomi. Kurikulum tidak diarahkan pada ekonomi kapitalis atau sosialis. Sebab dua mazhab tersebut disinyalir banyak menimbulkan efek-efek negatif dalam sistem perekonomian. “Ini menandakan ilmu tersebut tak ada nilai-nilai kasih sayang Tuhan. Maka kita mencoba mencari bagaimana ilmu ekonomi bisa menciptakan rasa kasih dan sayang antar sesama manusia,” Rektor menjelaskan.
Kini bangsa Indonesia pun mulai memakai sistem ekonomi yang diambil dari prinsip-prinsip syariah Islam. Buktinya hampir semua bank konvensional mulai membuka unit-unit syariah. Sitem ini teruji ketika krisis ekonomi mendera pada tahun 1998. Tatkala bank-bank konvensional mulai ambruk dan terkena likuidasi lembaga keuangan syariah justru makin berkibar.
Hal ini terjadi lantaran sistem perbankan konvensional yang mengacu pada bunga memberikan dampak negatif. Di dalamnya tidak terjadi transaksi yang transparan antara pihak bank dan nasabah. Rasa saling tidak percaya. Bila transaksi tidak didasari dengan saling ridho atau tanpa keihlasan maka rentan menimbulkan friksi-friksi antar kedua belah pihak. Bisa dipastikan jumlah kredit macet akan membengkak. “Maka Islam dengan konsep syariah harus menjadi solusi dalam menciptakan sistem ekomoni yang dibarengi dengan keunggulan akhlaq,” ujar Ketua Lembaga Pendidikan Tinggi NU pusat ini.
Pembangunan fondasi keilmuan berlandaskan religi dibarengi pula dengan peningkatan kualitas tenaga pengajar. Dosen-dosen berpendidikan master (Strata II) yang dimiliki Unwahas telah mencapai 90 persen. Banyak juga yang sedang dan telah menyelesaikan studi doktoral. Untuk meng-update kurikulum agar sesuai dengan tren-tren dunia ilmu pengetahuan dan teknologi paling mutahir, para dosen juga didorong untuk melakukan penelitian.
Selain itu, sarana dan prasarana pun diperlengkap. Mulai dari gedung perkantoran, ruang perkuliahan, laboratorium dan pesantren. Rencananya Unwahas bakal mengembangkan kampus di lokasi berbeda. Tanah seluas 4 hektar yang terletak di Kradenan telah dimiliki. “Kita juga akan membeli lahan di sekitarnya sehingga bisa lebih luas lagi,” ungkap Rektor. Di lahan tersebut akan dibagung fakultas kedokteran, rumah sakit dan gedung perkuliahan. Realisasinya Tahun 2014.
Pengembangan kampus memang tak lepas dari tingginya anemo masyarakat yang berminat menimba ilmu di Unwahas. Tahun lalu saja jumlah mahasiswa baru hampir mencapai 2000 orang. Peminat tahun ini diperkirakan bakal lebih besar lantar Unwahas menambah dua program studi baru, yaitu pendidikan jasmani dan kesehatan serta Program Studi Ekonomi Islam. Satu lagi, Pendidikan Profesi Apoteker juga telah dibuka. Saat ini Unwahas memiliki tujuh fakultas dengan 14 Prodi sarjana dan dua program diploma. Sedangkan Program Pascasarjana baru ada dua prodi, yakni Pendidikan Agama Islam dan Muamalat (Hukum Islam).
Saat ini jurusan Pendidikan Agama Islam masih memiliki peminat cukup besar. Kita tahu profesi guru sekarang cukup menjanjikan. Selain itu, jurusan farmasi juga masih menjadi idola. Meski membutuhkan biaya kuliah cukup besar lantaran memakai sarana dan prasarana memadai, tapi peluang lususannya untuk terserap di dunia kerja sangat terbuka lebar. Banyak sarjana farmasi alumni Unwahas telah berprofesi sebagai opoteker maupun perusahaan farmasi. Nah, untuk meningkatkan kualitas lulusan, kerjasama dengan Universitas Gadjah Mada dijalin. Apalagi program profesi apoteker segera dibuka. Jadi sarjana farmasi tidak usah bingung mencari tempat lain karena bisa langsung melanjutkan studi di Unwahas. (oki)
memang bener apa yang di sampaikan pak rektor, pak noor ahmad, bahwa sekarang banyak orang pintar tapi keminter, tak dapat menerapkan ilmu sesuai tempatnya, banyak orang yang ahli ekonomi tapi malah mencari cara untuk melakukan manipulasi keuangan. saya sungguh bahagia bisa kuliah di unwahas, setelah lulus langsung kerja di unilever charm, padahal masih ada perusahaan yang tertarik ma saya, unwahas di hormati karena keilmuaannya, semoga makin sukses. amin.
bapak rektor saya alumni unwahas, kapan kira2 unwahas membuka program pasca sarjana farmasi, saya sangat berminat pak, terima kasih
Yth. Bp. Rektor UNWAHAS (Dr. Noor Ahmad)
di
SEMARANG
Assalam,wr,wb.
Sebelumnya kami mohon maaf karena hanya lewat email bisa berkomunikasi. Saya sangat setuju statement bapak tentang Pembinaan karakter siswa mesti digenjot. Sebab belakangan jumlah manusia yang berkarakter terus menyusut. Hal ini cocok sekali dengan cita-cita suami saya yang sering membina mahasiswa dari kalangan manasaja.
Bersama ini kami ingin menanyakan apakah Universitas yang bapak pimpin saat ini masih memerlukan tenaga pengajar untuk fakultas Ekonomi dari Strata3? Suami saya sudah purna tugas dari PNS dengan cukup pengalaman dari bidang perkoperasian, bidang pertanian, bidang perekonomian. Saat ini ingin mengabdikan diri dibidang pendidikan yang agamis dan kami pandang UNWAHAS yang paling cocok. Sarjana Strata I dari UGM dan Srata3 diperoleh dari UNDIP fakultas Ekonomi.
Demikian kami haturkan, mohon jawaban jika bapak berkenan akan kami
kirimkan DRH beserta kelengkapannya.
Wassalam,
Artiani
Pingback: Unwahas - Universitas Wahid Hasiyim Semarang | I Love Semarang