Ramah, demikian kesan pertama yang muncul di benak banyak orang ketika pertama bertemu dengan Hj. Yuni Widyaningsih, SH, M.Si atau akrab dipanggil Mbak Ida. Cerdas, juga menjadi kesan dari sosok Wakil Bupati Ponorogo yang kini memasuki usia 42 tahun ini. Sebelumnya, ia lebih dikenal sebagai pengusaha wanita dan politikus. Mbak Ida menjadi ikon baru Kartini Muda di Ponorogo, dengan konsistensi perjuangannya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dan melayani rakyat.
Jika Kartini fokus berjuang untuk kaum wanita lewat emansipasi, ia berjuang untuk seluruh lini yang berhubu-
ngan dengan hajat hidup orang lain.
Hal ini terbukti dengan konsennya sosok yang telah mendapatkan amanah dari rakyat sebagai Wakil Bupati Ponorogo. Mbak Ida selalu memberi motivasi khususnya kepada perempuan agar dapat mengikuti jejaknya.
“Sebagai perempuan juga harus ikut bertanggung jawab baik pada dirinya sendiri, keluarga maupun pekerjaannya dimana dia berada,” katanya.
Menjabat status Wakil Bupati, sosok perempuan kebanggaan Kabupaten Ponorogo ini terjun dalam dunia politik secara pribadi merupakan pilihan hidup. “Walaupun politik itu keras, tetapi disanalah saya merasakan sebagai manusia yang be-tul-betul diuji dalam ketegasan ke arah kepribadian yang baik. “Ba-nyak perbedaan pendapat ataupun pandangan merupakan suatu rahmat dan tambahan wawasan yang sangat dihargai olehnya.
Dalam politik, lanjut Mbak Ida, ia telah menemukan sema-ngat dan keberanian, tapi kalau salah. Harus berani mengakui kesalahannya.
“Saat ini perempuan di Ponorogo mempunyai kualitas luar biasa. Wanita Ponorogo menjadikan Ponorogo menjadi kota yang maju, guyub rukun sejahtera dan bermartabat,” lanjut wanita kelahiran Ponorogo, 20 Juni 1971.
“Perempuan-perempuan Ponorogo sebenarnya mempunyai banyak kemampuan luar biasa.Hanya karena kesempatan dan support yang masih minim se-hingga mereka kurang percaya diri. Dan ini tugas saya dan teman-teman untuk mewujudkannya,” imbuhnya.
Orang nomor dua di Kabupa-ten Ponorogo ini dikenal sebagai orang yang rendah hati dan sa-ngat bersahabat serta menghormati sesama. Terbukti, ia merangkul dan membantu para pekerja seks komersial (PSK) untuk me-ninggalkan dunia tersebut.
“Bagi perempuan yang terjerumus menjadi PSK, merupakan suatu pilihan yang tentunya tidak mereka inginkan, kecuali perempuan pra nikah.”
Mbak Ida juga berpesan kepada para calon ibu agar tidak melakukan seks pra nikah. “Bagi calon ibu, janganlah melakukan seks pra nikah.”
“Perempuan yang belum nikah, ibarat kaca. Ketika kaca itu pecah, tidak bisa disatukan menjadi utuh kembali.” “Berbeda de-ngan laki-laki, bisa diibaratkan alumunium. Jika patah, tinggal matri saja.” “Maka, gunakanlah kesempatan mumpung masih muda dengan hal-hal yang positif,” pesan MbaK Ida.
Peran Kaum Ibu
Tak tergantikan
Sebagai Wakil Bupati Ponorogo, Hj. Yuni Widyaningsih, SH, M.Si memiliki peran penting di pemerintahan. Namun ia tetap berusaha menjalankan tugas de-ngan baik sebagai seorang ibu bagi anak-anak dan istri untuk suami.
Ditengah kesibukannya tersebut, Yuni Widyaningsih tetaplah seorang ibu bagi dua orang anak. Yuni Widyaningsih tetap memperhatikan semua kebutuhan kedua buah hatinya tersebut termasuk perhatian dan pendidikannya.
“Menjadi Wakil Bupati bertugas memberi pelayanan yang terbaik bagi masyarakat, baik dikantor maupun di rumah. Hampir setiap hari masyarakat datang bersilaturahmi dan menyampaikan aspirasinya,” ungkap ibu dari Ramsa Rolanda dan Dessy Prayudia Fabella.
“Selain itu, juga harus menghadiri berbagai kegiatan masyarakat. Sementara keluar-ga merupakan bagian penting yang dapat memberikan motivasi bagi saya untuk menjalankan roda pemerintahan. Disinilah peran saya, sebagai seorang ibu, istri dan sebagai kepala peme-rintahan,” jelas istri dari H. Sugeng Prawoto yang juga sebagai kontraktor, pengusaha SPBU dan SPPBE, berbagai usaha distributor serta pemilik Rumah Sakit Darmayu Ponorogo.
“Ada dua peran seorang wanita di dalam rumah tangga, ibu bagi anak-anaknya dan istri bagi suaminya. Kedua peran itu harus dijalankan dengan baik dan penuh tanggung jawab. Bagi saya kuncinya di komunikasi. Waktu antara pekerjaan dan keluarga bukan karena kuantitasnya tapi kualitasnya.”
Yang terpenting menurut Mbak Ida, perempuan tidak boleh lupa akan kodratnya sebagai perempuan.
Saat menjadi istri, berusaha menjadi istri yang baik buat suami. Pada saat menjadi ibu, juga berusaha menjadi ibu bagi anak. Dan, pada saat menjadi Wakil Bupati harus bisa me-layani masyarakat dengan baik dan tentunya membantu Bupati semaksimal mungkin.
“Kebetulan kedua anak kami sudah besar-besar jadi tidak ada permasalahan yang berarti,” pungkasnya. Ely
Recent Comments