Boleh jadi, kehadirannya merupakan kabar gembira bagi para penderita stroke dan keluarganya. Dalam bincang-bincangnya dr. Soesanto Gunawan Akp, Med, Owner Villa Stroke, Semarang, Jawa Tengah, mengatakan pada penderita stroke pastilah fungsi syaraf dan motoriknya berkurang. Maka, jika mengetahui gejala awal, harus ditangani segera. “Karena jika tidak segera diatasi bisa berlanjut pada stroke berat. Pengalaman saya, salah satu penanganannya adalah dengan melakukan tusuk jarum. Tetapi tentu saja tidak semua pasien demikian. Karena tusuk jarum itu kan tidak seperti minum obat, tiga hari lantas sembuh, tergantung dari tingkat sakitnya,” jelasnya.
Keluarga pasien, memegang peranan penting dalam masa penyembuhan ini. Merekalah yang harus terus mendampingi dan memberikan semangat agar pasien tidak menjadi depresi karena pengurangan fungsi anggota tubuh. Karena proses pengobatan selanjutnya akan mejadi lebih sulit.
“Karena itu keluarga tidak boleh mengatakan, tidak bisa sembuh di depan pasien, justru harus mendorong memberikan semangat. ”
Ia mengakui, menerapkan teknik khusus agar lebih mudah dalam memberikan sugesti bagi pasien agar tetap bersemangat menjalani proses pengobatan hingga sembuh.
Berdirinya Villa Stroke
Berdirinya Pusat Rehabilitasi dan Pencegahan Stroke, yang akhirnya diberi nama Villa Stroke bermula dari seorang pasien yang keluar dari salah satu Rumah Sakit, tapi tidak bisa berjalan. Keluarganya pun sangat sedih.
“Kemudian atas rujukan seorang teman, keluarganya minta tolong pada saya untuk membantu menyembuhkan. Namun saya tidak langsung memutuskan mau menangani, karena belum punya tempat. Namun kemudian, setelah saya tangani, dalam dua minggu sembuh dan bisa berjalan.”
Dari situlah, timbul keberaniannya untuk fokus dalam satu bidang penyembuhan, yaitu stroke. “Terlebih pada tahun 1975 oleh WHO, akupuntur juga direkomendasikan bisa menyembuhkan 43 penyakit, salah satunya stroke.”
Agar memiliki efek psikologis yang lebih nyaman, nama rumah Perawatan Pasca Stroke, dirubah menjadi Villa Stroke.
“Konsep villa disini berbeda. Kita ambil esensinya. Seperti kalau kita mau menginap di Vila. Jadi konsepnya hommy, artinya senang, jadi kalau orang stroke itu harus diperbaiki dalam keadaan senang/hommy. Interpersonal dan komunikasinya harus dibangun dengan baik antara pasien dan keluarga secara terus menerus. Sayapun mengkondisikan demikian,” ujarnya.
Penting, Tapi Bukan Yang Utama
Sebagai spesialis penyembuhan dan pencegahan stroke, ia merasa senang bila menangani pasien hingga sembuh. Sedihnya, jika mereka tidak menjalani program sesuai planning, sehingga hasil kesembuhan tidak maksimal.
“Kita punya program jadwal yang ketat, lewat pelatihan-pelatihan per minggu, sehingga bisa dievaluasi. Tapi ada juga progres yang tidak sesuai, karena tergantung dari kooperatif atau kekuatan pasien untuk menjalani program. Jadi kita evaluasi terus, sehingga pasien tidak mengeluarkan biaya sia-sia,” ujarnya
Terkait biaya, disini diberlakukan subsidi silang dan bervariasi sesuai dengan kemampuan pasien, bahkan ada juga yang gratis, bagi yang betul-betul tidak mampu, asal ada surat keterangan tidak mampu/miskin dari RT/RW. Karena baginya, ini adalah bagian dari pengabdian sosial dan tidak mengejar provit semata.
”Saya punya pasien yang trauma berobat lantaran sudah habis puluhan juta dalam berobat. Lantas saya sarankan, dalam 1 bulan ikuti schedule program saya dan bayar belakangan. Kalau sudah ada bukti progres, baru bayar. Dan itu terbukti. Pasien bisa sehat kembali.
Saya menempatkan diri, andai saya yang mengeluarkan uang itu, jangan sampai sia-sia. Makanya saya merawat tujuan utamanya adalah berhasil dulu. Memang uang itu penting, tetapi bukan tujuan utama.”
Gabungan Dua Ilmu
Selain suasana hommy, keunggulan Vila Stroke, adalah pada komunikasi intensif dengan pasien dan keluarga pasien. Selalu memberi tahu apa yang harus dilakukan kepada pasien, seperti makanan apa saja yang boleh dan tidak boleh dimakan, untuk mendukung ke arah kesembuhan pasien.
Juga penggunaan teknik tusuk jarum. “Ilmu ini saya gabungkan dengan ilmu dari Cina. Contohnya, titik-titik ciri stroke di Indonesia seperti ini, dan dari Cina seperti ini, kemudian saya kolaborasikan, ” ungkapnya.
Selain berobsesi ingin ke Korea untuk mempelajarai secara khusus tentang stroke, ke depan, ia juga punya impian untuk mewaralabakan Villa Stroke ke seluruh Indonesia. Tono