Dr. KH. Maftuh Basyuni, SH TAK KENAL KATA PENSIUN
Ada suatu yang menarik dalam kunjungan mantan Menteri Agama DR KH Maftuh Basyuni SH yang kini menjadi Ketua Yayasan Dharmais sekaligus Dewan Penyantun YAPTINU pada saat melakukan peresmian peletakan batu pertama pembangunan RSI YAPTINU Jepara. Bukan karena disambut dengan hujan yang cukup deras mengguyur desa Bawu Kecamatan Batealit, tetapi lengkap dihadiri Bupati, Wakil Bupati, Mantan Bupati dan Mantan Wakil Bupati.
Ini merupakan peristiwa menarik dan langka, yang mungkin tidak bakal terulang lagi. Sebab peresmian peletakan batu pertama pembangunan rumah sakit itu, dihadiri oleh Bupati Jepara K.H. Ahmad Marzuqi, SE dan Wakil Bupati Jepara Subroto serta mantan Bupati Jepara Drs Hendro Martoyo MM dan mantan Wakil Bupati Jepara KH Ali Irfan Mukhtar BA yang kini menjabat sebagai Ketua Umum YAPTINU.
Menariknya lagi adalah kelebihan dari tokoh NU yang satu ini, yaitu DR KH Maftuh Basyuni SH yang menjadi Dewan Penyantun YAPTINU ini. Meski tidak suka terlibat dalam kepartaian, ternyata ketokohannya selalu menarik perhatian dari sejak presiden RI kedua sampai presiden RI keenam.
Sebab pria kelahiran Rembang, Jawa Tengah, 4 November 1939 ini pada periode 1976-1979, tampil sebagai Sekretaris Pribadi Duta Besar Indonesia di Jeddah. Selain itu sebagai kepala rumah tangga kepresidenan pada saat Soeharto menjadi presiden dan kemudian berlanjut sampai presiden BJ Habibie.
Pada saat pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid dia menjabat Sekretaris Negara.
Kemudian saat Megawati Soekarnoputri menggantikan Gus Dur, dia diserahi tugas baru sebagai Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Arab Saudi dan Kesultanan Oman.
Pada 2004, dia tampil sebagai ketua Delegasi Indonesia pada Pertemuan Tingkat Menteri OKI.
Selanjutnya pada Kabinet Indonesia Bersatu pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, ia dipercaya menjadi Menteri Agama. Kini setelah tidak lagi menjabat sebagai Menteri Agama, ia kembali dipercaya menjabat sebagai Ketua Yayasan Dharmais yang kini juga menjadi Dewan Penyantun YAPTINU Jepara selain mengurusi pondok pesantrennya di Desa Cigelis, Pandenglang, Banten.
Maka bila menyimak perjalanan karir dan aktivitasnya, sepertinya ia tak pernah mengenal kata pensiun. *** (Tono)