Menyelam Sukses Budidaya Ikan
Pasang surut dalam menjalani sebuah usaha memang tak dapat dihindari. Namun dengan keuletan serta ketaletenan, hal tersebut dapat menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi seorang wirausahawan meraih kesuksesan.
Budidaya ikan merupakan salah satu usaha yang mampu menjadi penggerak roda ekonomi masyarakat. Seiring dengan menjamurnya usaha dibidang pangan yang menggunakan bahan utama ikan khususnya yang berasal dari air tawar, membuat usaha ini semakin hari semakin menggiurkan. Ditambah lagi dengan digalakkannya program gemar makan ikan oleh pemerintah, maka kebutuhan pasokan akan ikan semakin meningkat pula.
Data statistik dari Direktorat Jendral Perikanan Budidaya menunjukan bahwa selama lima tahun terakhir produksi ikan dari budidaya meningkat cukup besar setiap tahunnya. Prospek cerah perikanan budidaya juga ditunjang dengan fakta bahwa ikan merupakan andalan dalam memasok ketahanan pangan nasional. Dengan kemudahan serta banyaknya komoditas yang dapat dikembangkan oleh perikanan budidaya menjadikan ikan dapat diproduksi dengan cepat dan dalam jumlah yang besar.
Salah satu daerah produksi ikan budidaya adalah Kabupaten Tulungagung. Selain terkenal dengan produksi marmernya, saat ini Tulungagung juga merupakan penghasil komoditas ikan terbesar di Jawa Timur. Banyak daerah dan kota-kota di Indonesia yang memasok beragam jenis ikan mulai dari patin, gurami, maupun lele dari kota ini.
SENTRA BUDIDAYA BENIH IKAN
Tulungagung sebagai pemasok komoditas ikan berskala besar, telah mampu membina masyarakatnya untuk mengembangkan usaha mandiri serta memacu roda perokonomian. Salah satu sentra pembudidayaan benih ikan di Tulungagung yaitu terletak di Desa Pojok Kecamatan Ngantru. Adalah Sutaji, pria kelahiran 1 Januari 1964 ini adalah pelopor pembenihan ikan patin di Tulungagung. Melalui usahanya yang bernama Minatani Farm, ia mengembangkan sendiri pembenihan sekaligus sebagai pemasok benih ikan patin dan lele.
Pria asli Tulungagung ini memulai usaha budidaya benih ikan sejak tahun 2001 yang lalu. Awalnya ia membudidayakan ikan gurami. Namun karena kondisi pasar ikan gurami yang labil, ia pun beralih ke ikan patin dan lele. Ikan patin saat ini hamper selalu menjadi idola diberbagai bisnis kuliner khusunya yang berbahan ikan air tawar. Selain rasanya yang gurih, juga dikarenakan tekstur dagingnya yang lembut.
Menurut Sutaji, budidaya ikan patin cukup mudah dan memerlukan waktu yang singkat. Perlu waktu sekitar 21 hingga 25 hari untuk menghasilkan benih ikan patin yang siap dibesarkan. “Benih yang sudah berukuran sekitar 7 inchi kemudian dikumpulkan ke pembudidaya untuk kemudian dibesarkan lalu dipasarkan,” tutur pria yang juga pernah menjadi pelopor budidaya lobster di Jawa Timur ini.
Selain mengembangkan pembenihan, ia juga membudidayakan ikan koi. Ia memasarkan ikan hias bernilai jual tinggi tersebut ke kota besar seperti Jakarta dengan harga per ekornya antara 300 hingga 400 ribu rupiah. Tak tanggung-tanggung, dalam sekali pemasaran ia mampu menjual 400 hingga 500 ekor ikan koi. “Ikan koi kita kirim satu tahun sekali dengan sistem partai. Untuk wilayah pemasarannya sendiri kita kirim ke Jakarta,” imbuhnya.
Saat ini ia mengelola kolam pembenihan dan pembesaran ikan di lahan seluas 7.734 meter persegi dengan dibantu dua orang karyawan. Dari usaha yang dijalaninya ini ia mampu mengantongi keuntungan hingga 10-15 juta rupiah perbulan. Meskipun kini ia bisa dikatakan sukses sebagai pembudidaya benih ikan, ia pun pernah jatuh bangun dalam menjalani usaha. Namun semua itu seolah tak berarti karena kegigihan dan pengalaman.
PEMASOK KOMODITAS UNGGUL
Dari proses pembenihan beralih ke pembesaran. Di sinilah kemudian ikan-ikan yang telah memasuki masa panen siap untuk dipasarkan. Salah satu pemasok ikan dengan skala besar Muhammad Suhaili, warga Desa Bendiljati Wetan, Kecamatan Sumbergempol, Tulungagung. Ia mengambil benih ikan dari peternak lokal seperti dari Minatani Farm untuk kemudian dibesarkan. Dari kolam budidayanya tersebut, ia mampu memenuhi pesanan dari luar kota. “Kebanyakan kita kirim ke Jakarta, selain itu juga ke Surabaya,” ujar pria 47 tahun ini.
Rutin ia mengirim pasokan ikan patin sebanyak tiga kali dalam seminggu, dengan rata-rata 7 ton setiap kali pengiriman. “Omsetnya sekali kirim bisa mencapai 100 juta rupiah,” ungkapnya sembari tersenyum.
Meskipun memiliki prospek yang cukup menjanjikan, ia mengeluhkan tingginya harga pakan ikan sehingga menambah biaya produksi sedangkan harga pasaran ikan tidak ikut naik. Menurut pria yang menamatkan pendidikannya di MAN Tulungagung ini, saat ini pasaran harga ikan patin per kilogramnya kisaran Rp. 13.000, sedangkan biaya produksi hampir tak jauh berbeda. Sehingga perlu menerapkan strategi pula dalam pembudidayaan ikan. “Harga ikan itu selalu berbeda tiap jenisnya, hari ini ikan patin mahal, ikan lele murah, besok berbeda lagi ikan patin yang murah, gentian lele yang mahal. Jadi pembudidaya ikan ya tidak perlu terlalu khawatir,” jelasnya.
Meskipun begitu ia tetap berharap kepada pemerintah untuk bisa menstabilkan harga pakan, sehingga pembudidaya lokal dapat terus bertahan bahkan semakin untung. Selain membudidayakan ikan patin dan lele, Suhaili juga mengembangkan usaha kuliner dengan bahan dasar ikan patin seperti bakso patin dan nugget patin.
Dengan besarnya potensi budidaya ikan air tawar ini, sudah seharusnya pemerintah memberi perhatian lebih juga mendukung adanya inovasi-inovasi baru dalam penegembangannya. Karena dengan memaksimalkan potensi daerah, akan mampu meningkatkan ekonomi masyarakat. (lifestyle-trenggalek)