PENTINGNYA KETERBUKAAN FINANSIAL DALAM KELUARGA
Dalam pernikahan, keterbukaan merupakan satu hal fundamental yang tidak boleh diabaikan. Termasuk pula dalam hal keuangan.
Tapi rasanya banyak juga lho, pasangan yang, -bisa jadi, karena dalam adat ketimuran adalah hal yang tabu untuk membicarakan keuangan dengan pasangan.
Dalam Buku Make Tour Own Plan! Perencanaan Keuangan Nggak Pake Ribet (Pandji Harsanto), disebutkan mengenai pentingnya keterbukaan finansial dalam keluarga dan akses keuangan untuk pasangan.
Pertama; pasangan seharusnya terbuka dalam hal keuangan karena menurut UU Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, sejak perkawinan terjadi maka harta bawaan dari suami atau istri menjadi harta bersama, kecuali harta bawaan tersebut dicatatkan dalam perjanjian pra nikah.
Harta bersama ini bukan saja aset namun termasuk utang, jadi apabila pasangan yang mempunyai utang sebelum menikah, maka setelah menikah utangnya pun akan menjadi utang bersama.
Penting bagi pasangan untuk membuat daftar kekayaan yang sudah sah menjadi hak milik mereka termasuk utang-utangnya, sebaiknya utang diproteksi dengan asuransi, baik itu utang yang pada lembaga pembiayaan ataupun pinjaman pribadi. Maksud proteksi tersebut agar jika suatu saat terjadi risiko kematian pada yang memiliki utang tersebut maka tidak akan membebani pasangan atau anak yang ditinggalkan.
Misal karena sifatnya yang konsumtif seorang istri sebelum menikah ternyata mempunyai utang pribadi yang sangat besar kepada saudara sepupunya, namun setelah menikah si istri tidak terbuka kepada suaminya, suatu waktu ternyata si istri dipanggil terlebih dahulu oleh Yang Maha Kuasa. Karena tidak mengetahui urusan utang tersebut tetap saja saudara sepupu si istri akan meminta pertanggung jawaban pelunasan utang kepada suami yang ditinggalkan, ada baiknya si istri diproteksi dengan jumlah uang pertanggungan sesuai utang yang dimilikinya.
Kedua; dengan adanya keterbukaan dalam hal finansial maka suami istri dapat mengetahui posisi keuangan mereka saat ini, apakah surplus atau defisit, apakah keuangan mereka sehat atau tidak. Dengan mengatahui posisi keuangan mereka saat ini maka mereka akan bisa merencanakan keuangan mereka misalnya dana pensiun dan dana pendidikan untuk buah hati.
Modal awal yang harus dimiliki agar perencanaan keuangan bisa berhasil adalah kekompakan dan komitmen terhadap hubungan untuk saling membahagiakan. Kembali ke tujuan awal, sejahtera yang dimaksud tidak sekadar memiliki banyak uang, tapi juga kebahagiaan lahir batin yang dirintis bersama dengan pasangan.
Banyak contoh kasus di mana pasangan (suami) sering tidak tahu (atau tidak mau tahu) kalau pasangannya sebenarnya tersiksa dengan keadaan finansial yang ditutup-tutupi. Kecurigaan yang berlebihan terhadap keuangan juga akan menjadi bibit-bibit pertikaian yang berdampak tidak baik terhadap keharmonisan keluarga. Idealnya, masing-masing pasangan berkomitmen untuk terbuka dan adil dalam keuangan rumah tangganya. Indikator yang bisa dilihat misalnya saling mengetahui besarnya pendapatan masing-masing pasangan.
Ketiga; berikan akses terhadap aset kepada pasangan, berikan akses terhadap dana darurat. Pasangan perlu mengetahui pin ATM dari pasangannya dan brankas mereka. Karena bila terjadi suatu risiko terhadap pasangan yang mengakibatkan kelumpuhan atau kematian, pasangannya dapat mengakses dengan segera dana darurat tersebut. Secara otomatis pihak bank bila mengetahui ada nasabahnya yang meninggal maka mereka akan langsung mengunci rekening tabungan ataupun deposito si nasabah. Bank baru memberikan akses setelah mendapat surat penetapan ahli waris dari Pengadilan.
Keempat; selain aset, akses terhadap proteksi juga perlu diperhatikan. Simpan polis asuransi yang Anda miliki di tempat yang diketahui oleh pasangan. Untuk lebih praktis, buatlah daftar mengenai jenis-jenis proteksi yang Anda miliki dalam sebuah catatan. Mulai dari jenis pertanggungan beserta rider-nya, perusahaan asuransi, uang pertanggungan, besar premi, dan periode asuransi, cara membayar, serta nomor call center perusahaan asuransi. Hal ini untuk mempermudah akses pembayaran dan klaim atas asuransi yang dimiliki.
Kelima; buatlah sistem pengarsipan yang baik untuk setiap korespondensi yang dilakukan antara lain: perusahaan sekuritas, manajemen aset, dan asuransi. Simpanlah data atau pernyataan transaksi.
Untuk tetap fokus melangkah menggapai tujuan keuangan yang telah direncanakan, kita memerlukan rambu-rambu pengingat atau bukti-bukti yang menunjukan kalau kita sudah berada di jalur yang benar. Kebiasaan baik ini tidak saja bermanfaat untuk Anda dan pasangan, namun akan ditiru anak-anak Anda kelak ketika berumahtangga. ***