Pondok Pesantren Darul Afkar Klaten
“Tasawuf bukan hanya sekedar kumpulan dogma spiritual yang diamalkan begitu saja, tetapi perlu pula untuk dikaji makna dan dampak perubahannya.”
Darul Afkar merupakan pesantren post-tradisional yang concern terhadap masalah pemikiran Islam dan tasawuf transformatif. Pondok pesantren yang memiliki kantor sekretariat di Desa Tegalrejo RT 01 RW 06, Ceper, Klaten, Jawa Tengah ini bermula dari tradisi pengajian Al-Qur’an yang didirikan oleh Mbah Kyai Wiro Soekarno pada sekitar tahun 1960-an. Dibantu oleh putranya, Kyai Abdul Basyir, Pesantren Darul Afkar berkembang mengajarkan berbagai kitab fiqih, aqidah, tarikh, maupun seni baca Al-Qur’an.
Sempat vakum pada era 1990-an, Pesantren Darul Afkar kembali dihidupkan oleh cucu Mbah Kyai Wiro Soekarno yang juga putra Kyai Abdul Basyir, yaitu Dr. Kyai Syamsul Bakri. Pesantren yang berada dibawah naungan Rabithah Ma’ahid Islamiyyah (RMI), sebuah lembaga dari Nahdlatul ‘Ulama ini menjalankan kajian Islam transformatif sejak 2007 silam. Tujuan awal didirikannya Pesantren Darul Afkar antara lain adalah terciptanya masyarakat yang memiliki pemahaman ke-Islaman secara baik dan komprehensif serta berakhlakul karimah, serta meningkatkan intelectual ability umat dalam memahami ajaran Islam. Selain itu, juga untuk meningkatkan kualitas moral spiritual masyarakat, memberikan konseling terkait persoalan-persoalan sosial maupun keagamaan, serta berusaha memberikan kontribusi dalam rangka menciptakan kehidupan beragama yang modern dan toleran.
Kajian pemikiran Islam dilakukan untuk menumbuhkan pemahaman keagamaan yang berwawasan kebangsaan. Sedang kajian tasawuf dimaksudkan untuk penghayatan spiritual yang diaktualisasikan dalam konteks kehidupan yang luas, yakni dalam kehidupan sehari-hari. “Tasawuf tidak harus diartikan sebagai amalan isolatif, tetapi harus diaktualisasikan pula dalam ranah sosial,” ungkap Syamsul Bakri.
“Metodologi pengajaran teori tasawuf transormatif yang digunakan, yakni dengan kajian dan diskusi (kajian kritis), dengan harapan supaya menumbuhkan pikiran yang dinamis, progresif, konstruktif dengan tanpa tercabut dari akar-akar tradisional salafiyah,” imbuhnya.
Dalam perkembangannya kemudian dibentuklah eLKAPIDA (Lembaga Kajian Pemikiran Islam Darul Afkar) yang didirikan oleh Dr. Kyai Syamsul Bakri, dengan mengajak KH. Jazuli A. Kasmani (Ponpes Al-Muttaqien Pancasila Sakti) dan Sugimin Muqawwim, sebagai sebuah wadah yang terkonsentrasi pada pengembangan wacana akademik atau keilmuan. Lembaga yang diketuai oleh Muhammad Anshori, S.Pd (aktivis muda Muhammadiyah) bersama Achmad Saefuddin (aktivis pemuda NU) hingga saat ini telah beranggotakan sekitar 250 orang baik dari kalangan mahasiswa, guru, pejabat pemerintah, santri, buruh, maupun pengusaha dan sebagainya di seluruh wilayah eks-Karesidenan Surakarta.
Menurut pria yang juga berprofesi sebagai dosen di IAIN Surakarta tersebut, eLKAPIDA memiliki target ingin membumikan Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin, juga menjadi jembatan berbagai kelompok ormas Islam untuk mensinkronkan pemikiran dengan tidak berpegang kepada ormas tertentu. Selain kajian pemikiran Islam, Pesantren Darul Afkar juga mengembangkan program sosial kemasyarakatan seperti mendirikan koperasi syari’ah, peternakan lele untuk masyarakat, dan lain-lain. //T.Ko