Dalam sebuah meeting sudah jarang pemandangan menulis secara manual, tapi sudah langsung ditransfer melalui gadget terkini yang selalu ada di dekat masing-masing peserta meeting.
Memegang gadget kini bukan hanya tren, tapi bagi sebagian masyarakat kita telah menjadi gaya hidup. Mereka sangat aktif dengan gadget mereka, ke mana pun dan kapan pun. Sehingga, ada yang menyebut bahwa zaman ini ada sekelompok masyarakat yang dikenal dengan istilah “generasi menunduk”; sebuah istilah untuk merujuk pada sekelompok masyarakat yang terus menundukkan kepalanya pada gadgetnya. Mereka itu tak terpisahkan dengan gadget bukan hanya karena fungsinya, baik sebagai perangkat komunikasi, mencari informasi, atau bertransaksi, tapi juga sebagai gaya hidup elite.
Gadget yang saat ini beredar dan merebak di masyarakat menimbulkan gejala sosial baru di masyarakat kita. Sebagian orang menjadikan Gadget hanya berfungsi sebagai gaya hidup (lifestyle) semata, dan oleh sebagian yang lain gadget dianggap sebagai sebuah kebutuhan.
Pada sebagian kalangan, gadget bisa jadi berfungsi sebagai gaya hidup (lifestyle) ketika pemanfaatan dari fitur di sebuah gadget digunakan oleh kelompok masyarakat yang tidak tahu fungsi dari fitur yang ada di dalamnya. Hal ini bisa di contohkan pada remaja yang ingin dibelikan gadget terkini karena alasan biar keren dan ingin dipuji teman-teman di sekolahnya.
Saat ini banyak orang khususnya di kalangan remaja terjebak dalam posisi seperti ini, dimana membeli gadget sekadar faktor gaya hidup semata. Hal ini tentunya sangat disayangkan. Jika seorang remaja membeli gadget hanya untuk gaya hidup, dikhawatirkan fungsinya hanya sebagai sarana bermain Game, Facebook, Twitter, dan yang lebih berbahaya lagi adalah akses ke situs-situs porno yang akan merusak pola pikir remaja tersebut.
Dalam hal ini dibutuhkan peran orang tua supaya mengawasi dan mendampingi anak-anak mereka, saat seorang anak membeli sebuah gadget harus disesuaikan dengan kebutuhan dan fungsinya. Jika perlu, orang tua harus mengarahkan anak-anak mereka agar menggunakan fitur dan fasilitas yang ada di gadget mereka untuk kebutuhan yang bermanfaat.
Sebagai Kebutuhan
Sekarang jauh beda dengan akhir tahun 90-an. Gadget yang semakin hari semakin berkembang dengan fitur-fitur menggiurkan bak fenomena sosial yang tak terelakkan. Siapa sih orang yang tidak memiliki gadget, minimal handphone saja. Fungsinya pun sudah semakin bervariasi, dari yang standar untuk telepon dan sms, sampai ke smartphone yang memang smart karena kita bisa melakukan apa saja dengan handphone tersebut.
Menurut Doddy Jefry dari PT. Eraphone Artha Retalindo, gadget kini mulai bisa menggantikan fungsi laptop. Karena dengan membawa gadget lebih ringkas dan praktis. Sehingga bagi seorang eksekutif muda sangat membantu pekerjaannya.
Bagi seorang wartawan, kebutuhan mempercepat pekerjaan sangat luar biasa. Masyarakat pun butuh informasi yang sangat cepat. Sehingga untuk memudahkan pekerjaannya perlu gadget sebagai penunjang untuk menyajikan berita yang selalu update. Dengan demikian tentunya memiliki gadget adalah kebutuhan yang saat ini mutlak diperlukan.
Mereka yang setiap hari bergelut dengan urusan IT khususnya yang selalu online, memiliki gadget tentunya sebuah kebutuhan yang teramat sangat penting. Hal ini dikarenakan memang gadget sendiri adalah bagian dari alat profesi mereka untuk mempercepat dan memperlancar pekerjaan.
Seorang pengusaha di bidang apapun, seharusnya di era sekarang ini memang memiliki gadget untuk memperlancar usahanya. Hal ini dikarenakan fitur-fitur dan fasilitas gadget membantu pengusaha untuk mengakses informasi, dan bersosialisasi, menjaring relasi sekaligus memantau usahanya., dimanapun berada.
Bahkan seorang petani kini bisa jadi butuh gadget untuk mensupport pekerjaannya. Terutama untuk mempromosikan hasil pertaniannya melalui internet.
Dari pemaparan tersebut bisa disimpulkan bahwa yang menentukan sebuah gadget dikatakan sebagai gaya hidup atau kebutuhan lebih ditentukan dari tujuan dan fungsi dari seseorang dalam memanfaatkan gadget melalui fitur dan fasilitas di dalamnya.
Ambil contoh. Seorang dokter yang sedang melayani pasiennya, sebentar-sebentar menerima telepon. Meski sesungguhnya menelpon pada saat menunaikan tugas bukanlah gaya hidup seorang dokter -kecuali dalam keadaan sangat darurat- dalam pelayanan medikal. Lagi, seorang dosen yang sedang dalam tugas mengajarnya, sesungguhnya tak boleh mengaktifkan handphone, sebab telepon-teleponan dalam keadaan mengajar adalah pelanggaran akademik.
Indonesia Pasar Terbesar
Data Lembaga Survey Nasional menunjukkan, dibanding negara Asia lain, masyarakat Indonesia ternyata cukup boros untuk belanja perangkat teknologi. Setahun, berdasar hasil survey, pengeluaran Indonesia untuk belanja teknologi mencapai 62 persen, sementara negara lain hanya 38 persen.(ICH)
Salah satu gadget yang kini sudah menjadi bagian dari masyarakat kita yakni komputer tablet. Dengan sifatnya yang portabel, simpel, dan elegan, tablet menjadi tujuan perburuan masyarakat kita, dan salah satunya untuk mendongkrak wibawa dirinya. Dalam rilis beberapa media, disebutkan bahwa Indonesia merupakan pasar komputer tablet yang akan terus berkembang, dan bahkan berpotensi menggerus posisi netbook di pasar negeri ini yang selama ini jadi primadona.
Sebagian masyarakat kita masih memiliki kecenderungan untuk membeli dan menggunakan tablet sebagai penunjang penampilan dan gaya hidup, tidak berbasis fungsional. Karenanya, mereka tak secara penuh benar-benar membutuhkan dan mengunakan fitur-fitur dalam tablet. Bahkan, sebagian hanya untuk aktif di social media atau bahkan sekadar bermain game. Belum banyak yang benar-benar mengerti teknologi tablet. Artinya, kebutuhan masyarakat kita dalam membeli tablet masih dipengaruhi faktor gaya hidup dan untuk pencitraan. Inilah fenomena yang akrab dikenal dengan istilah bahwa pasar di Indonesia lebih berbasis trend follower, bukan trend setter. Wan/By u
Pingback: Wisnu is Guard » Blog Archive » Gadget, Antara Gaya Hidup dan Kebutuhan
Pingback: Gadget, Antara Gaya Hidup dan Kebutuhan | rindaoflanni