Menyiasati Perkawinan Beda Usia

Memiliki pasangan yang lebih muda atau tua mungkin sudah menjadi hal yang biasa terjadi saat ini. Tak bisa dihindarkan juga banyaknya anggapan bahwa usia lebih tua atau lebih muda seorang pasangan dipicu karena hanya faktor fisik atau kedudukan semata. Menanggapi masalah tersebut, ada baiknya kalau kita mempunyai pemahaman jelas tentang alasan ketertarikan itu dan apakah hal itu mendukung hubungan jangka panjang ataukah sekedar sebuah cara untuk menyangga ego orang yang bersangkutan itu sendiri.

Sebagai pasangan dengan usia yang jauh berbeda dan Anda mempunyai cinta yang dalam dan abadi kepada satu sama lain, sangatlah penting untuk memikirkan kapan perbedaan usia akan sungguh-sungguh mulai menciptakan masalah.

Misalnya saja, ketika menikah Anda berusia dua puluh tahun dan suami Anda empat puluh lima tahun, atau justru sebaliknya. Dua puluh tahun kemudian, Anda akan berusia empat puluh tahun dan pasangan Anda berumur enam puluh lima tahun. Kecuali Anda berharap menemukan rahasia ramuan kuno, sehingga Anda bisa tetap awet muda, hal ini bisa menjadi masalah serius dalam perkawinan Anda kelak.

Ingatlah juga bahwa laki-laki dalam usia enam puluhan masih mampu untuk mempunyai keturunan, sementara perempuan pada usia itu barangkali tidak mampu untuk mengandung. Hal ini perlu menjadi pertimbangan jika anak adalah persoalan penting dalam rumah tangga Anda.

Anda juga harus siap untuk menerima sikap orang lain yang mungkin memandang Anda aneh. Anda mungkin tidak menilai pasangan semata-mata dari usia mereka, tetapi barangkali pikiran orang lain tidak terbuka seperti anda. Apakah Anda akan terganggu jika orang lain menilai Anda seperti itu?

Apakah Anda mampu menghadapi kenyataan bahwa teman-teman dan orangtua Anda mungkin tidak akan menyetujui perkawinan anda? Semua itu adalah hal penting untuk dipertimbangkan – sekalipun perbedaan usia seharusnya bukanlah faktor yang menentukan kebahagiaan dalam berumah tangga.

Namun, tak peduli berapa pun perbedaan usia Anda, ingatlah selalu bahwa pada akhirnya keputusan untuk menikah haruslah menjadi keputusan Anda bersama pasangan. Jangan biarkan seorang pun berusaha mempengaruhi Anda, atau memutuskan hal itu untuk Anda. Ingat, pendapat orang-orang terdekat Anda bisa Anda jadikan referensi, bukan penentu keputusan.  ***

Posted by on Feb 21st, 2011 and filed under Cerpen. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response by filling following comment form or trackback to this entry from your site

Leave a Reply

Refresh Image
*