Berbagi Bahagia dengan Kaum Duafa

H. Moch Isman

Lahir sebagai anak ke 14 dari 15 bersaudara dari ayah yang ‘hanya’ berprofesi sebagai PNS Departemen Agama golongan rendah, membuat masa kecil H. Moch Isman jauh dari kemewahan harta. Pengalaman masa lalu tersebut membuatnya begitu peduli pada kaum duafa yang disalurkan melalui PKBM Citra Ilmu.

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Citra Ilmu, Ungaran, Kab Semarang termasuk salah satu PKBM percontohan di Jawa Tengah. Beberapa kegiatan di institusi ini seperti perpusatakaan gratis, kursus menjahit dengan dukungan 50-an mesin hight speed, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), pendidikan kesetaraan utamanya Kejar Paket C (setara SMU), kursus komputer, kursus menyetir mobil, memproduksi Alat Peraga Edukasi (APE), memproduksi berbagai cindera mata berbahan baku limbah. Unit usaha paling anyar adalah mendirikan Koperasi. Sementara APE dan pakaian jadi made in PKBM Citra Ilmu sudah di pasarkan hingga ke Makassar, Bengkulu, Riau, Palembang, Nusatengara Barat dan Nusatenggara Timur dan Kalimantan Barat.

Tenaga pendidik di lembaga nir laba ini pun sangat mumpuni. Untuk Kejar Paket C (KPC) dengan jumlah siswa 160-an, diampu 12 guru pegajar, semua bertitel sarjana (S-1). Sementara 3 orang tenaga pengajar PAUD kini sedang kuliah dan dalam waktu dekat akan wisuda. Menariknya, semua guru PAUD diambil dari lulusan Paket C.

“Mengelola PKBM harus didasari keiklasan luar biasa sebagai bentuk kepedulian terhadap masyarakat kurang beruntung, kaum marjinal atau kaum duafa. Bila kita iklas, ada saja jalan rejeki. Sebab secara perhitungan bisnis, mengelola PKBM pasti rugi,” kata H. Moch Isman.

Itu sebabnya Ketua I Forum Komunikasi (FK) PKBM Jawa Tengah Periode 2006-2011 ini menyarankan kepada seluruh pengelola PKBM di wilayah ini harus mendapat penghasilan lain. Mungkin pejabat atau mungkin pengusaha yang berorientasi profit. Sebab tanpa topangan keuangan dari pendapatan lain, kegiatan PKBM tidak akan berjalan dengan baik. “Kami mempekerjakan 20 tenaga karyawan dan guru pengajar. Mereka harus mendapat honor meski nilainya tidak sebesar bila mereka bekerja di perusahaan atau instansi lain. Tanpa ada honor, mungkin mereka juga akan enggan datang rutin dari rumahnya ke untuk mengajar,” demikian pria kelahiran Jombang Jawa Timur ini menjelaskan.

DORONG ALUMNI JADI PENGUSAHA

Target belajar bagi peserta kursus di PKBM Citra Ilmu bukan sertifikat tapi kemahiran. Ukurannya, sampai bisa! Meski disadari secara ekonomis merugikan pengelola. Tapi itulah namanya membantu, tidak semata berhitunga untung-rugi. Tentu tidak semua kegiatan demikian. Khusus stir mobil dan kursus komputer diberikan batas. Karena belajar stir mobil butuh biaya banyak. Mulai BBM sampai kerusakan onderdil.

“Kalau sekedar mengejar target untuk mendapat sertifikat, mungkin kurusus menjahit dalam waktu 2 – 3 bulan sudah bisa lulus. Tapi kami tidak terlalu kaku mengenai waktu. Intinya, kami mendidik mereka sampai benar-benar bisa menciptakan pakaian siap pakai. Mulai membuat pola, mengukur hingga menjahit sampai selesai dan layak jual,” katanya.

Tak heran bila alumninya cepat terserap di dunia kerja, terurama di perusahaan garment yang memang banyak terdapat di Ungaran. Hanya saja, H. Moch Isman mengaku bekerja di perusahaan garmen tidak jaminan mereka semakin mahir membuat pakaian jadi. Karena umumnya seorang karyawan hanya mengerjakan bagian tertentu. Misalnya membuat lengan baju saja. Sehingga kalau dia menikah dan terpaksa keluar dari pekerjaan, berpotensi menganggur lagi karena tidak berpengalaman membuat pakaian yang utuh. Tentu alasan pihak pabrik juga bisa kita terima karena mereka mengejar target produksi. Kalau terus menerus melatih karyawan, target akan sulit dicapai. “Padahal saya selalu dorong agar seluruh peserta pelatihan Citra Ilmu berusaha berwiraswasta sendiri. Kalaupun bekerja di pabrik, anggap saja sebagai pengalaman,” kata suami dari Aminatuz Zuhriyah.

DISOKONG BANYAK PIHAK

H. Moch Isman tak memungkiri, PKBM Citra Ilmu mendapat sokongan dari berbagai instansi, baik Pemprov Jateng maupun Dinas di Kabupaten Semarang maupun pihak swasta. “Lulusan kursus kami bisa cepat tersalur ke perusahaan, itu tak lepas dari dukungan Dinas Tenaga Kerja. Kami juga mendapat bantuan beberapa mesin jahit dari Dinas Koperasi dan UKM. Dalam kaitan pengembangan PKBM, kami mendapat bimbingan dari Pusat Pelatihan Pendidikan Non Formal dan Informal (P2PNFI) Regional 2 Jawa Tengah,” kata ayah dari 2 (dua) orang anak.

Bahkan bendahara HISPPI Kab Semarang ini memuji gaya kepemimpinan Kepala P2PNFI Regional 2 Jateng DR. Ade Kusmiadi, MPd sebagai pejabat yang dekat dengan masyarakat dan selalu menjalin silaturahmi dengan siapa saja. Meneui Pak Ade, katanya, tidak harus formal. Bisa ditemui di kantor, di rumah bahkan saat lari pagi.

HIJRAH

Keluarga ini hijrah dari Jombang Jatim ke Ungaran, sekitar pertengahan tahun 1970-an. “Kami hijrah hanya bekal bonek (bondo nekat). Prinsip saya, tinggal di kampung halaman bersama keluarga besar akan makin susah. Maka tidak ada jalan lain, harus mencari peruntungan di kampung orang. Tiba di Ungaran dengan membawa 2 anak kelas IV dan III SD, Moch Isman langsung kerja serabutan, apa saja yang penting halal untuk dimakan keluarga.

Dan tidak lupa, ia berusaha meningkatkan ilmu pengetahuan dengan mengikuti berbagai kursus di Efendy Harahap Institute Kota Semarang dan sempat bekerja di Efendy Harahap Institute selama 14 tahun dari tahun 1976-1990. Itu sebabnya, meski Moch Isman datang hanya berbekal selembar Ijazah dari PGAN 6 Jombang, di Semarang dia mendapat banyak ilmu.

“Secara ekonomis keluarga kami jauh dari berkecukupan. Sampai 25 tahun usia pernikahan saya, kami masih kontraktor. Alias ngontrak rumah berpindah-pindah. Tapi Alhamdulillah, sekarang gedung PKBM ini berdiri di atas lahan 1.200 meter sudah menjadi hak milik kami. Saya sudah mendapat kesempatan naik haji dan anak pertama kami sudah meraih gelar sarjana dari ITS Surabaya, anak kedua sarjana dari Undip Semarang. Maka untuk membalas nikmat Allah, kami sudah sepantasnya menolong kaum marginal. Yang tidak sekolah bisa sekolah yang tidak punya pekerjaan bisa dapat pekerjaan. Dan saya selalu memotivasi mereka melalui berbagai tulisan yang ditempel didinding. Misalnya, di ruang tempat kursus menjahit saya tulis…. Di ruang PAUD saya tulis…… Dengan demikian kita harapkan mereka terpacu untuk mencapai prestasi terbaik,” kata H. Moch Isman. Robinson S-lifestyle

 

Posted by on May 20th, 2011 and filed under Pendidikan. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response by filling following comment form or trackback to this entry from your site

1 Response for “Berbagi Bahagia dengan Kaum Duafa”

Leave a Reply

Refresh Image
*