Dalam perjalannya STIKES ini telah banyak menghasilkan tenaga-tenaga kesehatan yang professional mulai tahun 1979. Jadi sumbangannya terhadap pembangunan, khususnya kesehatan, sangatlah besar. Sudah banyak alumni yang bekerja di luar negeri sebagai pekerja professional kesehatan.
Rencananya STIKES Yarsis Surabaya bakal membuka kelas yang dibekali dengan budaya dan bahasa internasional. Seperti bahasa Inggris dan bahasa Arab. Diharapkan lulusannya nanti bisa go internasional. Manajemen STIKES Yarsis menginginkan agar lulusannya bisa terserap di dunia profesional kesehatan internasional. Bukan sekedar sebagai pembantu rumah tangga atau pekerja kasar lain. Tahun ini sudah ada 12 mahasiswa yang ditraining secara intensif dalam penguasan bahasa dan budaya negara tujuan, yaitu Jepang.
Tingkat keterserapan alumni di dunia kerja juga cukup tinggi. Berdasarkan hasil survei internal, tidak lebih dari tiga bulan alumni STIKES Yarsis Surabaya sudah terserap di dunia kesehatan. Selain itu, lembaga pendidikan tinggi ini lebih menekankan untuk mendidik untuk mendidik para mahasiswa agar mampu menciptakan lapangan kerja sendiri. Misalnya, lulusan kebidanan diharapkan bisa membuat BPS (bidan praktek swasta) yang bisa menyerap tenaga-tenaga kerja baru.
Keberhasilan suatu institusi dalam mencetak lulusan memang tak lepas dari seorang pemimpin. Maka tatkala menjabat ketua STIKES Yarsis Surabaya, Drs. Salamun, M.Kes menerapkan berbagai langkah untuk meningkatkan kualitas institusi. Pertama, pengembangan sarana dan prasarana akademik. Artinya alat-alat laboratorium harus dilengkapi agar untuk menunjang perkuliahan.
Salah satu contohnya dengan mengembangkan kompetensi klinik dengan mini hospital. Terletak di RSI Jemur Surabaya, Mini Hospital berarti rumah sakit dalam rumah sakit. Dengan demikian para mahasiswa bisa praktek di klinik tersebut. Di situlah para mahasiswa terjun langsung menangani pasien. Dana untuk membangun kompetensi klinik melalui mini hospital ini merupakan Hibah dari Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi melalui Hibah Pembinaan PTS.
Selain mini hospital, STIKES Yarsis Surabaya bekerjasama dengan beberpa rumah sakit umum untuk Praktek Kerja Lapangan. Yayasan sendiri punya dua Rumah Sakit, yaitu RSI (Rumah Sakit Islam) yang terletak di jalan Ahmad Yani dan Jemursari, Surabaya. Memorandum of Understanding juga dijalin dengan beberapa Rumah Sakit, baik swasta maupun negeri.
Dari sisi human capital, banyak dosen yang disekolahkan lagi ke jenjang strata II dan doktoral. Apalagi pemerintah telah mencanangkan bahwa pada tahun 2014 semua dosen harus bertitel master. Sebagai penunjangnya, sistem informasi kampus haruslah memadai. Sebab dalam pendidikan modern tidak bisa lepas dari teknologi informasi. Juga, perbaikan tata kelola yang tak luput jadi perhatian. Bahkan, tahun ini STIKES Yarsis Surabaya mendapat Award dari kopertis VII Jatim dan masuk dalam perguruan tinggi dengan tata kelola terbaik.
Sejarah
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yayasan RS. Islam Surabaya (Stikes Yarsis) yang berkedudukan di Kota Surabaya, Jawa Timur, didirikan pada tanggal 03 Oktober 2006 dengan Surat Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional RI Nomor : 235/D/O/2006 tahun 2006 yang kemudian dikukuhkan dengan Keputusan Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya Nomor: 149/107/A.SK/YARSIS/X-2006 tentang Pengangkatan Ketua Stikes Yarsi Surabaya.
Stikes Yarsis berawal dari Akademi Keperawatan dan Akademi Kebidanan di bawah pembinaan Departemen Kesehatan. Embrio Akbid sendiri telah ada sejak tahun 1979, yaitu berupa Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) Rumah Sakit Islam Surabaya. Pada tahun 1997 SPK RSIA Surabaya harus melakukan konversi menjadi Akademi Kebidanan dengan SK Pendirian oleh Menteri Kesehatan RI bernomor HK.00.06.11.4080 pada tanggal 7 Desember 1997. Sedangkan Akademi Keperawatan sudah diselenggarakan sejak sejak keluarnya SK Pendirian oleh Menteri Kesehatan RI. Nomor 144/DIKNAKES/1985 pada tanggal 17 Juni 1985.
Landasan pendirian Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yayasan RS. Islam Surabaya (Stikes Yarsis) didasarkan pada tuntutan masyarakat termasuk pengguna maupun stakeholders terhadap pelayanan kesehatan komprehensif yang semakin kompleks pada era globalisasi. Sehingga tenaga kesehatan, khususnya keperawatan dan kebidanan, perlu ditingkatkan kompetensinya secara professional serta berahlak mulia yang menjunjung tinggi terhadap nilai maupun ajaran Islami.
Stikes Yarsis berkontribusi maupun peran aktif dalam pembangunan kesehatan menuju masyarakat Indonesia yang sehat rohani dan jasmani. Pasalnya Stikes Yarsis mempunyai tanggungjawab moral untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia sesuai norma Pancasila dan kaidah Islamiyah sebagai upaya mewujudkan cita-cita bangsa seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945.
Baik Akademi Keperawatan maupun Akademi Kebidanan pada perkembangannya sangat menggembirakan. Sehingga muncul pemikiran untuk mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan yang menyelenggarakan program studi (Prodi) S1 Sarjana Keperawatan di samping Program Studi Diploma III Keperawatan dan Diploma III Kebidanan. Stikes Yarsis dalam penyelenggaraan maupun pengelolaan pendidikan mempunyai visi, misi, tujuan dan rencana strategis yang jelas, terarah dengan upaya pengembangan untuk menyelenggarakan program pendidikan keperawatan dan kebidanan di masa mendatang sesuai dengan perkembangan IPTEK maupun tuntutan jaman serta pasar global.
Kembangkan Produk Nasional
Perguruan tinggi memiliki kiprah cukup besar dalam pembangunan. Pasalnya di lembaga inilah sumber daya manusia dihasilkan. Tak heran bila pemerintah mengalokasikan 20 persen dari anggaran negara.
Guyuran dana tersebut diharapkan mampu meningkatkan kualitas perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, untuk pembangunan fisik, moral maupun spiritual bangsa Indonesia. Sayang dengan besarnya anggaran tersebut kualitas perguruan tinggi belum mampu terdongkrak. Lihat saja posisi perguruan tinggi kita yang masih terpuruk di klasemen Times Higher Education Rangking’s.
Penyebabnya, menurut Drs. Salamun, M. Kes Ketua STIKES YARSIS, penelitian yang bisa menghasilkan produk-produk unggulan masih terhenti dalam tataran riset. Belum ada aktifasi aplikasi dalam upaya untuk mendukung keberhasilan pembangunan. Maka pemberdayaan perguruan tinggi unggulan dalam negeri adalah keniscayaan. Mereka harus mampu mengembangkan produk unggulan Indonesia. “Jangan terlalu bergantung dengan luar negeri,” ucapnya.
Selama ini aplikasi teknologi lebih banyak bergantung dari penelitian-penelitian orang luar negeri. Ambil contoh pengembangn produk-produk pertanian. Sebagai negara agraris seharusnya Indonesia bisa mengangkat harkat dan martabat bangsa melalui industri pertanian. Tapi kenyataannya negara ini masih kalah dengan produk-produk pertanian negara tetangga.
Sukar disanggah, sektor pertanian dan kelautan hingga kini masih dianaktirikan. Sehingga program studi pertanian -yang sebetulnya lebih maju ketimbang luar negeri- di berbagai perguruan tinggi kurang diminati masyarakat. Justru yang populer malah, sistem informasi atau IT, yang notabene kalah dengan asing.
“Perguruan tinggi harus bisa melihat peluang-peluang lokal. Dimana peluang lokal itu jika berhasil dikembangkan akan mengangkat martabat negara ini dan bahkan membangun reputasi negara ini di mata dunia Internasional,” tandas Salamun. (Juslich)
Alhamdulillah…………sebagai salah satu alumnusnya (angkatan 7 tahun 1994) , yg sekarang bekerja di RS AL Adan KUWAIT merasa bangga dg kampus saya!!!Semoga semua alumnus nya selalu mendapat rejeki yg murah, halal dan barokah serta lindungan ALLAH dg ilmu yg bermanfaat dunia akherat. Amien…