Fasilitas sekolah kejuruan yang satu ini lengkap, sarana-prasarana gedung, peralatan praktek dan laboratorium serta dilengkapi asrama. Tak salah bila Sekolah Menengah Kejuruan Swasta yang satu ini mendapat predikat RSBI Terbaik di Salatiga. Menurut Kepsek SMK Telekomunikasi Tunas Harapan yang diwakili Wakasek I Wisnu Handoko, ST. SMK ini berdiri sejak tahun 2000. semula membuka empat kelas. Saat itu jurusan yang dibuka (belum menggunakan istilah kompetensi) yaitu jurusan tehnik informatika pada tahun pertama, kemudian pada tahun kedua dikembangkan tehnik mekanik otomotif yang sekarang dikenal dengan nama teknik kendaraan ringan. Kemudian ada juga jurusan tehnik elektronika komunikasi. Jadi disana ada tiga jurusan, yaitu tehnik informatika, tehnik mekanik otomotif dan tehnik elektronika telekomunikasi.
“Kemudian dalam perjalanannya tehnik informatika terpecah menjadi 3 program studi kompetensi keahlian. Itu sesuai dengan spektrum kompetensi dari direktorat, sehingga dikembangkan menjadi 3, yaitu tehnik komputer jaringan, tehnik rekayasa perangkat lunak dan tehnik multi media.”
“Harusnya ada empat tapi kita hanya mengambil 3. Kemudian untuk tehnik mekanik otomotif diganti dengan istilah kompetensi tehnik kendaraan ringan dan yang tidak bisa dilanjutkan karena tidak bisa diswitch adalah tehnik eletronika telekomunikasi. Meskipun sudah terakreditasi A, tetapi harus kita tutup operasio-nalnya.”
“Memang sempat ada tawaran apakah di switch atau ditranformasikan ke tehnik elektronika Industri, atau tehnik audio-vi-deo.Tetapi setelah rapat, dirasa hal itu terlalu jauh. Artinya kompetensi keahlian itu terlalu jauh. Selain SDM guru hanya mempunyai guru tehnik elektronika telekomukasi, sarana prasarananya juga tidak bisa di swith-kan ke program yang baru.”
“Padahal namanya sudah terlanjur SMK Telekomunikasi. Tetapi ya tidak apa-apa, karena nama SMK Telekomunikasi sudah terlanjur melekat. Dan itu hanya istilah yang dipakai sebelum tahun 2000,” ujar Wakasek I yang lebih ak-rab disapa Wisnu.
Tentang perkembangan prestasi, dikatakan dari tahun ke tahun selalu meluluskan 100 persen meskipun ditahun kedua, pernah ada yang tidak lulus satu orang. Berarti lebih dari 98 persen kelulusan.
“Selanjutnya prestasi nya di rektorat, tahun 2005 sudah berstandar nasional, Dilanjutkan dengan evaluasi masuk RSBI tahun 2009. Karena dalam perkembangannya ada uji materi tentang RSBI pada 8 Februari tahun 2012, maka RSBI sekarang dihapus, sehingga kita juga mengikuti keputusan MK,” lanjutnya.
Menurutnya, RSBI itu hanya sebuah label, jadi kalau dihapus pun, tetap berjalan sebagaimana biasa dan tidak akan mengubah pelayanan kepada para siswa dengan memberikan tetap berikan layanan terbaik. Memang adanya RSBI sebetulnya sangat membantu karena dari segi pe-ngadaan sarana-prasarana, bisa mendapat dana untuk mencukupi pengadaan tersebut.
Misalnya kebutuhan IT yang memang tidak bisa inves terlalu lama, contohnya komputer, laptop, LCD. Itu mempunyai masa penggunaan yang terbatas. Sehingga nantinya SMK Telekom akan melakukan pengadaan secara mandiri. “Yayasan yang akan mendukung pengadaan sarana-prasarana termasuk laboratorium. Sementara untuk SPP anak-anak hanya untuk operasional bulanan saja.”
Apakah dihapusnya RSBI ini menjadi peluang bagi sekolah swasta. “Memang mestinya demikian. Namun untuk Kabupaten Semarang, khususnya sekolah kejuruan, tampaknya tetap menjadi pilihan kedua bagi masyarakat. Sehingga ketika kami menyeleksi siswa tidak menyeleksi nilai akademik siswa SMP yang begitu bagus. Tetapi kita menyeleksi lewat nilai rapot yang dari awal kita memang memakai cara itu.” Ungkapnya.
Karena itu, tambahnya anak-anak yang masuk SMK ini belum tentu anak-anak pilihan atau lulusan pilihan dari SMP. Bahkan ketika masih RSBI pun begitu. Tetapi yang patut diacungi jempol adalah SMK Telkom mempunyai komitmen berusaha mencetak mereka berprestasi di sekolah dan berkualitas ketika lulus, serta dan mempunyai daya saing ketika memilih bekerja.
Ini dapat dibuktikan de-
ngan upaya SMK Telkom menjaga kualitas lulusan, sejak persiapan ujian nasional disini banyak mengembanggakan program, yang pertama adalah pengayaan, kemudian karantina. Pengayaan dilakukan pada awal semester dua, khususnya untuk empat mata pelajaran yaitu Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Produktif. Ini berlaku untuk seluruh siswa SMK. Program ka-rantina juga untuk empat mata pelajaran diberlakukan untuk siswa yang masih butuh pendalaman materi.
Selain standar kompetensi yang dikembangkan melalui kerjasama dengan lembaga sertifikasi yang diakui secara internasional, kelengkapan yang dimilikipun baik, dari standar sarana dan prasaranaya. Program-program yang ditawarkan di kurikulum juga lebih lengkap. Dari model analitik yang programnya sudah disesuaikan dan lebih lengkap, juga diberi sertifikasi Microsoft sebagai bekal siswa mencari pekerjaan.
Saat ini terdapat 44 guru dan sekitar 900-an siswa. Kapasitas satu ruang kelas dibatasi maksimal 30 siswa. Biar tidak dikenal sebagai kelas “gemuk,” sehingga dalam trans knowledge, tidak menemui kesulitan/hambatan.
Penerimaan Siswa Baru
Tahun ini SMK Telkom tetap mentargetkan 300 siswa. Pendaftaran dibuka sejak tanggal 2 Januari 2013. Semakin cepat mendaftar, semakin mendapatkan keuntungan biaya partisipasi pembangunan yang lebih murah. Penilaian tidak menggunakan standar nilai lulusan dari ujian nasional, tetapi memakai nilai rapot kelas 1 semester 1 sampai kelas tiga semester 5. Hal ini dilakukan guna menyesuaikan tingkat hunian asrama.
Tinggal dalam asrama pastilah memunculkan banyak potensi konflik. Tapi toh, disini tidak ada tawuran karena di kembangkan tentang kedisiplinan diri.
Malah terkait kedisiplinan itu, bekerjasama dengan Korem tentang disiplin tata tertib bermasyarakat berlalulintas dengan Kepolisian termasuk pengetahuan tentang narkoba. Ini sekaligus untuk menjawab kurikulum yang baru bahwa silabus SMK itu harus dilengkapi dengan pendidikan budaya karakter, terma-suk kedisiplinan tanggung jawab dan kesadaran hukum. “Makanya disini ada Peleton Inti. Peleton ini adalah program baris berbaris untuk membentuk kedisiplinan dan program ini harus diikuti oleh semua siswa, kemudian kalau ada lomba-lomba diseleksi lagi.
“Harapan saya agar peme-rintah kiranya tetap membuka program seperti RSBI, entah apapun nama nanti-nya. Karena menurut kami dengan adanya program itu dan ini fakta bahwa kami yang swasta dilihat dari prestasi memang terasa terbantu.*** Tono/Osli
Recent Comments