Partai politik (parpol) cenderung abu-abu dan terkesan main petak umpet. Mereka baru memunculkan kandidat gubernur pada detik-detik terakhir mendekati pendaftaran calon gubernur (cagub) pada akhir Februari ini.
Kondisi demikian mengakibatkan kandidat gubernur apatis, mereka pun galau dan menjadi tidak semangat dengan peta perpolitikan. Dosen Fisip Undip Semarang, Ari Pradhanawati menilai, pilgub tahun ini kurang meriah. Ini berbeda dengan Pilgub 2008, di mana banyak kandidat gubernur bermunculan jauh-jauh hari sebelum pemilihan.
Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2013 menjadi ajang konstelasi kepentingan partai politik untuk memperoleh suara dalam Pemilu 2014. Oleh karena itu, semua partai politik berharap siapa pun kandidat calon gubernur dan wakil gubernur yang menang dalam Pilgub Jateng bisa membagi suara bagi parpol mereka.
”Partai-partai besar di Jateng tidak semata menjadikan Pilgub Jateng 2013 untuk mensukseskan calon yang diusung. Mereka punya perspektif ke Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2014,” ungkap pengamat politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro Semarang, M Yulianto.
PDIP pun masih seperti “undur-undur” dalam menurunkan rekomendasi. Setelah fit and proper test yang digelar oleh DPP PDIP terhadap 17 calon menjelang Pelaksanaan Pilgub Jateng pada 26 Mei 2013 mendatang sudah mengerucut hasilnya. Dari 17 calon itu saat ini menjadi 8 bakal calon.
Kedelapan calon itu adalah Don Murdono (Bupati Sumedang), Ganjar Pranowo (Wakil ketua Komisi II DPR RI), Rustriningsih (Wagub Jateng saat ini), Hadi Prabowo (Sekda Pemprov Jateng) Ikmal Jaya (Wali kota Tegal), Begug Purnomosidi (mantan Bupati Wonogiri) dan Sunarno (Bupati Klaten). Delapan calon gubernur dan wakil gubernur ini menjalani tes kedua berupa wawancara dan psikotes di Kantor DPD PDI Perjuangan Jateng.
Meski hanya dua partai politik di Jateng yang berhak mengajukan nama calon gubernur tanpa berkoalisi, yaitu PDI-P dan Partai Demokrat, menurut Yulianto, hingga kini Partai Demokrat sudah jelas akan berkoalisi dengan Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional. Hanya saja ada skenario wakil gubernur dari Partai Golkar. Sedangkan PAN akan disusuki. Adapun PKB, PKS, Hanura dan Gerindra masih abu-abu.
Hasil dari investigasi LIFESTYLE, seandainya rekomendasi PDIP turun pada pasangan Hadi Prabowo dan Ganjar Pranowo, Rustriningsih akan diusung Partai Gerindra dan Hanura. Hanya saja PDIP juga harus berhitung, karena Hadi Prabowo dan Ganjar Pranowo tidak mendapat dukungan secara bulat. Dukungan Hadi Prabowo dan Ganjar Pranowo hanya dikalangan elit PDIP dan DPD saja, sementara DPC atau suara akar rumput lebih mendukung Rustriningsih. Bahkan ada rumor, rekomendasi tergantung pertemuan kandidat dengan Megawati 3 hari jelang pendaftaran ditutup. Kalau salah sedikit saja dalam mempresentasikan pada Megawati akan berakibat fatal. Sehingga kalau rekomendasi salah pilih, yang diuntungkan tetap incumben. Dan jangan lupa sekarang ini pemilik demokrasi adalah rakyat, bukan partai. Bahkan ada kejadian menarik ketika para mahasiswa dalam sebuah perkuliahan ditanya tentang Ganjar Pranowo dan Hadi Pranowo, jawabannya banyak yang tidak kenal Ganjar dan sedikit yang mengenal Hadi Prabowo. Dengan begitu berarti tugas PDIP cukup berat pada pilgub kali ini. Karena bisa jadi pemilih akar rumput pun tidak kenal dengan calon yang bakal dipilih.
Kurang Sosialisasi
Sampai kini, masih banyak masyarakat Jateng yang belum tahu bahwa pada 26 Mei 2013 dilaksanakan Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jateng. Hal ini ditengarai karena sosialisasi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jateng yang kurang.
Wakil Ketua DPW Partai Hanura Jateng, Achmad Sulchan mengatakan, sosialisasi KPU selama ini kurang greget. “Sebenarnya baru mulai sekarang atau kemarin tidur. Saya melihat masyarakat belum banyak yang mengetahui Pilgub Jateng 26 Mei 2013,” kritiknya dalam acara sosialisasi pencalonan Pilgub Jateng 2013 di kantor KPU Jateng, baru-baru ini.
Menurutnya, sosialisasi bisa dilakukan secara masif melalui media cetak dan elektronik. Selain itu juga dengan pemasangan spanduk di jalan-jalan, di perkantoran, lingkungan SMA dan perguruan tinggi. “Atau via SMS bekerjasama dengan operator perusahaan telekomunikasi,” katanya.
Ketua KPU Jateng Fajar SAKA mengatakan, pemasangan spanduk dan baliho serta sosialisasi di media lain sudah dijadwalkan. Menurutnya, mulai Januari 2013 ada sekitar 7 juta warga di Jawa Tengah dipastikan akan mengetahui pelaksanaan Pilgub.
Sebab pada bulan tersebut pihaknya melaksanakan pencocokan dan penelitian (coklit) data calon pemilih. Daftar Penduduk Potensial Pemilih Pemilu (DP4) yang telah diserahkan Pemprov Jateng, segera akan dicocokkan dengan data riil di lapangan. Setiap keluarga yang telah diverifikasi, petugas KPU akan menempelkan stiker di masing-masing rumah.
Berdasarkan data DP4, terdapat sejumlah 29.629.952 jiwa warga Jateng yang memiliki hak pilih dari total penduduk Jateng sebanyak 39.291.216 jiwa. Dari jumlah itu, sebanyak 19.760.317 di antaranya berjenis kelamin laki-laki dan 19.530.899 orang berjenis kelamin perempuan.
“Hasil pencocokan data tersebut selanjutnya menjadi data pemilih sementara (DPS) yang akan diverifikasi lebih lanjut, untuk menetapkan data pemilih tetap (DPT),” jelas Fajar.
Masih Menunggu
Walau sudah mengerucut pada satu nama, bakal calon gubernur yang akan diusung Partai Demokrat pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jateng 2013, masih menunggu keputusan dari pusat. Nama Bibit Waluyo yang diusung, menunggu surat keputusan dari Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, SBY. Pernyataan tersebut disampaikan Ketua DPD Partai Demokrat, Sukawi Sutarip, di Semarang.”Ya memang nama yang disebut cuma satu, yaitu Bibit Waluyo. Tapi kan kita tetap harus menunggu SK dari Ketua Dewan Pembina untuk kepastiannya,” kata Sukawi.
Lebih lanjut Sukawi menegaskan bahwa yang diusulkan DPD ke DPP sebagai calon gubernur hanya satu nama yaitu Bibit Waluyo. Hadi Prabowo tidak diusulkan ke DPP, meskipun banyak kader bawah Partai Demokrat juga banyak yang menginginkan Hadi Prabowo untuk diusung sebagai calon gubernur Jateng.
“Kalau usulan dari bawah memang banyak, ada Pak Bibit, Pak Hadi, Pak Bambang (Priyoko), Ibu Diah (Anggraeni), Pak Salim (Bupati Rembang) dan juga Ibu Rustri. Namun isyaratnya hanya tertuju ke Pak Bibit,” katanya menegaskan.
Mantan Wali Kota Semarang, itu juga menyampaikan, sampai saat ini dirinya belum mendengar adanya lobi-lobi dari Bibit ke SBY. Ia memastikan belum pernah sekalipun melihat Bibit bertemu dengan SBY secara empat mata.
Namun bisa saja pertemuan keduanya terjadi karena memang posisi jabatan sebagai presiden dan gubernur. “Ya, kalau secara khusus belum pernah saya lihat, tapi kalau antara presiden dan gubernur mungkin saja. Itu kan memang sudah wajar,” kata Sukawi.
“Selama ini, pak Bibit belum pernah melakukan komunikasi dan koordinasi dengan pengurus DPD, DPC-DPC Partai Demokrat atau jajaran struktural di bawahnya. Kita menunggu itu, karena nantinya kita juga yang akan bekerja untuk mensukseskan dan mengamankan rekomendasi dari DPP soal cagub,” tandasnya.
Sementara bagi Bibit tak ada kata galau dalam menghadapi Pilgub. Yang bikin galau adalah selalu dianggap salah oleh pengamat politik dari Undip, Teguh Yuwana. Selama ini perjuangannya memajukan Jawa Tengah selalu dipaido dan prestasinya tidak dianggap. Pokoknya dia akan terus bekerja memajukan Jawa Tengah di sisa jabatannya. Meski demikian, ia menegaskan tetap akan maju dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Tengah (Jateng) 2013.
“Aku selalu disalahke dan dielek-elek. Pokoke hasil jerih payah dan raihan prestasi tidak pernah dianggap. Neng pengamatane Teguh saka Undip, Bibit Waluyo ra tau bener,” curhat Bibit Waluyo di hadapan para rektor yang tergabung di Forum Rektor Indonesia saat beraudiensi di rumah dinas Puri Gedeh Semarang, baru-baru ini.
Bibit mengaku ia tak dipusingkan dengan pemilihan gubernur. “Aku itu enggak neko-neko. Kalau enggak jadi Gubernur ya pulang angon (pelihara) bebek,” katanya.
Di kalangan wartawan, mewawancarai Gubernur Jateng Bibit Waluyo adalah sebuah “peristiwa.” Orang ini tipikal pejabat yang tidak suka dicecar dengan pertanyaan beruntun. Sekali ditanya, wartawan harus mendengarkan penjelasannya yang super panjang.
Kalau dicecar, Bibit akan dengan enteng menjawab, “Kowe kok tekon terus? Sekali-kali melu mikir, ojo aku terus sing dikon mikir.”
Tak hanya “ngedumel“, kalimat itu diucapkan dengan menuding-nuding wartawan.
Beberapa kali Bibit juga ‘main tangan’. Misalnya pernah ada teman yang datang telat, lalu asal bertanya. Ternyata pertanyaan itu sudah ditanyakan wartawan lain dan sudah pula dijawab. Jika pejabat lain biasanya tetap akan mengulang jawaban itu, atau setidaknya menyuruh sipenanya meng-copy statemennya dari wartawan lain.
Nah, kalau Bibit? “Oo…lha kupingmu ki neng ndi? Kuping dienggo, ora mung centelan,” katanya sambil menjewer telinga si penanya itu. Dan semuanya pun cuma bisa tertawa ha haha… wan
Recent Comments