Kaum Ibu harus makin ketat mengawasi dan melakukan pendampingan terhadap anak-anaknya. Pendidikan anak tidak bisa diserahkan sepenuhnya kepada guru di sekolah. “Tapi perlu saya garis bawahi bahwa pendampingan terhadap anak tidak melulu menjadi tanggungjawab ibunya saja, tetapi tanggungjawab suami-isteri bahkan semua orang yang ada di dalam rumah,” kata Sari Puspita Andriani Sulistyowati, SH Kepala Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah, ketika diminta memaknai Hari Ibu yang diperingati 22 Desember.
Masih menurut Sari Puspita Andriani Sulistyowati, SH yang akrab disapa Bu Andri, sekarang masih ada anggapan keliru, seolah setiap kejelekan anak adalah cermin kelemahan ibunya.
“Kalau nilai rapor anak jelek, ibunya dianggap tidak becus mengarahkan anak belajar di rumah. Kalau anak tawuran di sekolah atau luar rumah, dianggap ibunya tidak peka terhadap tumbuh kembang emosi anak. Kalau anak sering pulang malam atau anak merokok, ibunya juga yang pertama disalahkan. Tentu pendapat demikian tidak adil. Masa depan rumah tangga harus dibangun dengan komitmen bersama antara suami – isteri. Tidak boleh hanya sepihak,” tandasnya.
Mantan Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (BP3AKB) Prov Jateng ini menepis adanya kaitan maraknya tawuran pelajar dengan membaiknya emansipasi wanita di Indonesia.
Memang tidak terbantahkan, prosentase kaum hawa yang sukses menduduki posisi puncak di pemerintahan, legislatif, perusahaan BUMN dan swasta makin besar. Karena kesibukan yang padat di kantor, terpaksa urusan rumah tangga termasuk mengasuh anak sebagian didelegasikan kepada pembantu.
Tapi dengan kemajuan tekhnologi, meski orang tua berada di luar rumah tetap bisa memantau anak. Misalnya, menanyakan pada pembantu apakah anak sudah mandi, sudah makan atau sudah belajar. Yang melakukan kontrol seperti ini tentu bukan hanya ibu tapi juga sang ayah. Karena ibu yang bekerja di luar rumah juga sangat berperan membantu ekonomi keluarga. Kalau pun sang suami bisa mencukupi kebutuhan keluarga, tapi perempuan tetap memiliki eksistensi dalam menegakkan ekonomi keluarga.
Tragedy HIV/AIDS
Dalam kesepakatan kepala negara-negara di dunia (Millenium Development Goals/MDGs), perhatian terhadap perempuan sangat dominan. Terutama tuntutan kesetaraan gender dalam pendidikan, dunia kerja, kebijakan publik, kematian ibu melahirkan dll.
Semua itu sudah meningkat di Indonesia. Tapi ada satu program MDGs yang masih sangat jauh dari harapan. Yaitu menurunkan angka penyakit menular terutama Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS).
Seperti dilansir Badan Narkotika Nasional (BNN) jumlah korban meninggal akibat HIV/AIDS di Indonesia mencapai 50 orang per hari dan terus meningkat dari waktu ke waktu.
“Ini sebuah tragedi. Karena korban HIV/AIDS tidak saja kaum pria tapi juga ibu rumah tangga dan anak-anak. Penularan umumnya lewat dua media utama, yaitu jarum suntik dan hubungan seksual. Itu sebabnya kembali saya tekankan, betapa pentingnya menjaga komitmen suami isteri untuk menjalani hidup berkeluarga secara sehat jasmani dan rohani. Terutama kaum laki-laki, tetaplah setia pada pasangan. Saya tidak ingin ada stigma bagi profesi tertentu. Tapi suami yang sering bekerja di luar kota seperti pelaut, harus lebih waspada dengan berbagai godaan,” katanya.
Semasa berdinas di BP3AKB, Andriani mengaku sering blusukan ke beberapa tempat lokalisasi di Jawa Tengah untuk mengingatkan para Pekerja Seks Komersial (PSK) agar selalu menjaga kesehatan. Di tempat lokalisasi, jajarannya juga melakukan pelatihan penggunaan kondom.
Sayangnya para PSK mengaku ‘pelanggannya’ sering menolak menggunakan kondom. Padahal kalau terkena virus HIV/AIDS, kasihan anggota keluarga terutama isteri dan anak-anaknya yang sangat mudah ikut ketularan.
Sebagai bentuk komitmennya terhadap pencegahan penularan HIV/AIDS, Bu Andri tidak segan-segan mensosialisasikan pula kepada para PNS di lingkungan Barpus Prov Jateng.
“Bapak Gubernur selalu meneriakkan kata perang terhadap HIV/AIDS. Maka kami pun harus mendukung kebijakan tersebut,” katanya. Robinson Simarmata
Recent Comments