Pemenang Kehidupan Sejati

PemenFotoang kehidupan adalah orang yang tetap sejuk di tempat yang panas, yang tetap manis di tempat yang sangat pahit, yang tetap merasa kecil meskipun telah menjadi besar, serta tetap tenang di tengah badai yang paling hebat. Suatu hari, dua orang sahabat, Jake dan Steve, menghampiri sebuah lapak untuk membeli buku dan majalah. Si penjual ternyata melayani dengan buruk. Mukanya cemberut. Orang pertama, Jake, jelas jengkel menerima layanan seperti itu. Sebagai pembeli, dia merasa seharusnya diperlakukan dengan lebih baik.
Yang mengherankan, Steve, tetap enjoy, bahkan bersikap sopan kepada penjual itu. Jake lantas bertanya kepada sahabatnya, “Hei, kenapa kamu bersikap sopan kepada penjual yang menyebalkan itu?”
Sahabatnya menjawab, “Lho, kenapa aku harus mengizinkan dia menentukan caraku dalam bertindak? Kitalah sang penentu atas kehidupan kita, bukan orang lain.”
“Tapi dia kan melayani kita dengan buruk sekali,” bantah Steve. Ia masih merasa jengkel.
“Ya, itu masalah dia. Dia mau bad mood, tidak sopan, melayani dengan buruk, dan lainnya, toh itu tak ada kaitannya dengan kita. Kalau kita sampai terpengaruh, berarti kita membiarkan dia mengatur dan mempengaruhi hidup kita. Padahal, seharusnya kitalah yang bertanggung jawab atas diri kita sendiri.”
Jika kita telaah, entah sadar atu tidak, tindakan kita kerap dipengaruhi oleh tindakan orang lain kepada kita. Kalau mereka melakukan hal yang buruk, kita akan membalasnya dengan hal yang lebih buruk lagi. Kalau mereka tidak sopan, kita akan lebih tidak sopan lagi. Kalau orang lain pelit terhadap kita, kita yang semula pemurah tiba-tiba jadi sedemikian pelit kalau harus berurusan dengan orang itu.
Mari kita renungkan. Mengapa tindakan kita harus dipengaruhi oleh orang lain? Mengapa untuk berbuat baik saja, kita harus menunggu diperlakukan dengan baik oleh orang lain dulu?
Kenapa tidak kita coba saja menjaga suasana hati. Jangan biarkan sikap buruk orang lain kepada kita menentukan cara kita bertindak! Pilih untuk tetap berbuat baik, sekalipun menerima hal yang tidak baik. Pada akhirnya, dengan membiasakan hal itu, kita adalah pemenang sejati. ***
(dari berbagai sumber)

Leave a Response

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Refresh Image

*

You may use these HTML tags and attributes: